REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK -- Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono menilai organisasi keagamaan dan majelis berbagai etnis atau suku memiliki peranan penting menghadirkan dan menjaga keharmonisan di tengah masyarakat.
"Memasuki tahun politik di perhelatan Pemilu 2024 saya mengingatkan kepada seluruh masyarakat Pontianak untuk tetap menjaga kondisi kondusif dan kerukunan. Peran organisasi dan majelis berbagai etnis atau suku maupun agama yang ada di Pontianak diharapkan dapat menjaga kehidupan yang harmonis," ujarnya terkait hubungan antaretnis di Pontianak, Ahad (1/10/2023).
Ia memaparkan Pontianak sebagai ibu kota Provinsi Kalbar dilihat dari jumlah penduduknya berdasarkan data KTP elektronik, sudah mencapai 674.400 jiwa, dengan luas wilayah 118 kilometer persegi. Komposisi penduduk di Pontianak dengan dihuni berbagai etnis menjadikan kota ini sangat heterogen.
Meski demikian, selama ini tidak ada gesekan-gesekan yang cukup besar berkaitan persoalan antarsuku. Apalagi sudah banyak berdiri paguyuban-paguyuban yang menjadikan hubungan antaretnis harmonis dan saling menghormati.
"Sehingga apabila terjadi persoalan-persoalan di lapangan diupayakan difasilitasi melalui tokoh-tokoh adat yang ada di setiap paguyuban tersebut untuk diteruskan ke aparat penegak hukum sehingga permasalahan itu bisa diselesaikan," kata Edi.
Heterogennya penduduk Kota Pontianak ini, lanjutnya lagi, mencerminkan wajah Provinsi Kalbar dengan berbagai latar belakang suku dan agama yang hidup berdampingan dan rukun.
"Kalau kerukunan terjaga, kebersamaan, sinergi dan kolaborasi, maka akan terwujud Kalbar yang maju," ucap dia.
Ia mengungkapkan, Pemerintah Kota Pontianak juga telah membangun taman-taman kota sebagai ruang publik untuk masyarakat berinteraksi satu sama lainnya. Dengan berbaurnya masyarakat di ruang-ruang publik tersebut maka terjalin hubungan yang harmonis tanpa melihat perbedaan yang ada.
"Taman-taman yang ada di Pontianak menjadi wadah bagi warga masyarakat saling berinteraksi dengan berbagai latar belakang suku dan agama," katanya.
Sekarang ini tidak lagi berbicara soal keberagaman, suku dan agama, tetapi bagaimana menghadapi tantangan ke depan terhadap globalisasi serta mampu bersaing dengan negara-negara lainnya untuk menuju Indonesia Emas 2045 sebagaimana yang telah dicanangkan oleh Presiden RI.
"Dengan memanfaatkan potensi yang kita miliki, saya yakin kita mampu bersaing dengan negara-negara lainnya," kata dia.