REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi dalam sepekan terakhir. Ini berdasarkan hasil pengamatan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) periode 22-28 September 2023.
Kini, status aktivitas Merapi tercatat masih dalam tingkat siaga atau level 3. BPPTKG menuturkan potensi bahaya Merapi saat ini masih berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya, yang meliputi Kali Boyong sejauh maksimal lima kilometer.
Termasuk meliputi Kali Bedog, Kali Krasak, dan Kali Bebeng sejauh maksimal tujuh kilometer. Potensi bahaya ini juga dapat terjadi pada sektor tenggara yang meliputi Kali Woro sejauh maksimal tiga kilometer, dan Kali Gendol sejauh lima kilometer.
Sedangkan, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak. Kepala BPPTKG, Agus Budi Santoso mengatakan, dalam sepekan terakhir setidaknya Merapi sudah mengeluarkan guguran lava sebanyak 171 kali ke arah tenggara hingga barat.
Guguran ini meliputi satu kali ke hulu Kali Gendol sejauh 600 meter, 13 kali ke hulu Kali Boyong sejauh maksimal 1.500 meter, 155 kali ke hulu Kali Bebeng sejauh maksimal 2.000 meter, dan dua kali ke hulu Kali Sat/Putih sejauh 1.600 meter.
"Suara guguran terdengar 15 kali dari Pos (Pengamatan Merapi) Babadan dengan intensitas kecil hingga sedang," kata Agus, Sabtu (30/9/2023).
BPPTKG juga mencatat intensitas kegempaan dalam sepekan terakhir cukup tinggi. Bahkan, intensitasnya naik dibandingkan dengan pekan sebelumnya.
Dalam sepekan ini tercatat 33 kali gempa Vulkanik Dangkal (VTB), 3.966 kali gempa Fase Banyak (MP), empat kali gempa Frekuensi Rendah (LF), 944 kali gempa Guguran (RF), dan sembilan kali gempa Tektonik (TT).
"Intensitas kegempaan pekan ini lebih tinggi dari pekan lalu, terutama gempa MP yang mengindikasikan adanya kenaikan aktivitas magmatik di kedalaman kurang dari 1,5 kilometer dari puncak," kata Agus.
Berkaitan dengan laju deformasi Merapi, BPPTKG mencatat adanya pemendekan jarak tunjam. Laju deformasi ini dilihat melalui pemantauan yang dilakukan menggunakan electronic distance measurement (EDM).
"Deformasi Gunung Merapi yang dipantau menggunakan EDM pada minggu ini menunjukkan pemendekan jarak tunjam rata-rata sebesar 0,5 centimeter per hari," jelasnya.