REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) menggalakkan program penuntasan buta aksara yang hingga saat ini angka tersebut di Indonesia usia 15-59 tahun tercatat 1,5 persen atau sekitar 2.666.859 orang.
“Setiap tahunnya Kemendikbudristek terus menggalakkan program penuntasan buta aksara ini secara terstruktur,” kata Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kemendikbudristek Iwan Syahril dalam keterangan di Jakarta, Ahad (2/1/2023).
Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2022, angka buta aksara di Indonesia usia 15-59 tahun yang hanya tinggal 1,5 persen ini menurun dibandingkan dengan pada 2021 yaitu 1,56 persen atau sekitar 2.761.189 orang.
Penurunan angka buta aksara salah satu indikator dari keberhasilan atau kemajuan pendidikan suatu negara atau bahkan telah menjadi komitmen dunia yang tertuang dalam program Education 2030 atau Suistinable Development Goals’s (SDG’s).
Salah satu program pemerintah untuk menuntaskan buta aksara sekaligus meningkatkan kompetensi literasi, numerasi, dan karakter anak bangsa, serta membangun pendidikan yang berkualitas dan berkeadilan adalah dengan kebijakan Merdeka Belajar.
Pemerintah Indonesia turut memperingati Hari Aksara Internasional (HAI) untuk mengingatkan masyarakat pentingnya literasi sebagai salah satu isu hak asasi manusia pada lingkup pendidikan dan kesejahteraan.
Tema peringatan HAI tingkat nasional ke-58 ini, "Merdeka Belajar untuk Memajukan Literasi di Tengah Transisi Peradaban Dunia: Membangun Fondasi untuk Masyarakat Damai dan Berkelanjutan".
Tema ini terinspirasi dari tema HAI UNESCO, yaitu Promoting Literacy for a World in Transition: Building The Foundation for Sustainable and Peaceful Societies.
“Peringatan Hari Aksara Internasional ini juga menjadi dasar menuju masyarakat Indonesia yang berliterasi sebagai representasi dari pendidikan berkelanjutan,” kata Pelaksana Tugas Direktur Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus Kemendikbudristek Aswin Wihdiyanto.
Direktur UNESCO untuk Indonesia Maki Hayashikawa mengatakan peringatan HAI ini menyerukan kepada seluruh pemangku kepentingan untuk bergabung mempromosikan transisi dunia dan membangun landasan bagi masyarakat yang berkelanjutan dan damai.
“Mari kita bekerja sama mendorong literasi berdaya yang transformatif di semua tingkatan lintas sektor, untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan dan inklusif,” ujarnya.