REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta mendata bahwa sejak 2014 hingga awal Oktober 2023 sudah terdapat 251 lokasi Program Kampung Iklim (Proklim) di ibu kota, sebagai upaya adaptasi dampak perubahan iklim. “Dari jumlah 251 ini dua di antaranya masuk verifikasi tingkat lestari, artinya sudah menjadi leader,” kata Ketua Sub Kelompok Pemberdayaan Masyarakat DLH DKI Susi Andriani, di Jakarta, Senin (2/10/2023).
Susi mengatakan, penghargaan Proklim lestari atau tingkat tertinggi diberikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada November 2022 kepada RW 03 Kelurahan Cempaka Putih Timur, dan RW 06 Kelurahan Kebon Kosong pada Agustus tahun ini. DLH DKI terus memperluas lokasi Proklim dalam rangka meningkatkan keterlibatan masyarakat melakukan adaptasi dan mitigasi terhadap dampak perubahan iklim, menyasar seluruh jumlah RW di DKI Jakarta yang mencapai 2.743 lokasi.
Setiap tahun ditargetkan terdapat minimal 12 pengajuan Proklim kepada KLHK, terdiri atas lima lokasi tingkat pratama, dan tujuh lokasi untuk tingkat kota dan provinsi.
“Kalaupun bukan lokasi yang baru berarti lokasi itu diupayakan untuk naik kelas. Misalkan mereka sudah mendapatkan predikat Proklim kota, maka tahun besoknya mereka dinaikkan kelasnya menjadi proklim provinsi,” ujar Susi.
Hadirnya Pergub nomor 77 tahun 2020 tentang pengelolaan sampah lingkup rukun warga menurut Susi juga dapat mendorong percepatan pembentukan Proklim di Jakarta. Peraturan tersebut mendorong masing-masing RW di setiap kelurahan melakukan pengelolaan dan pengurangan sampah, minimal dengan membentuk bank sampah.
“Ketika masyarakat sudah terbiasa mengelola sampah, bank sampahnya sudah berjalan, maka nanti akan didorong menjadi lokasi Proklim yang baru,” kata Susi.
Dampak positif Proklim sudah dirasakan oleh RW 06 Kebon Kosong yang sejak 2017 telah mulai memberikan edukasi kepada warga dan terus ditingkatkan hingga saat ini.
Ketua RW 06 Kelurahan Kebon Kosong Bibing mengatakan, Kini RW tersebut tidak lagi merasakan kekeringan dan krisis air bersih saat musim kemarau panjang, serta tidak ada lagi banjir terjadi selama tujuh hari, tujuh malam akibat hujan deras. Selain itu, lingkungan tempat tinggal lebih asri dengan banyaknya tumbuhan hijau di pekarangan rumah, tidak ada sampah berserakan karena sudah terkelola dengan baik di bank sampah.
Ekonomi warga menurut Bibing juga terus bergerak melalui bank sampah, dan hadirnya urban farming serta pemanfaatan tanaman obat.
“Kami menjual 8 kg sayur hidroponik setiap hari memenuhi pesanan pelanggan, ada juga olahan teh rosella dan minuman jahe,” kata Bibing.
KLHK menargetkan sebanyak 20 ribu proklim akan terbentuk di 2024, sebagai bentuk aksi nyata mewujudkan ketahanan iklim dan gaya hidup rendah emisi gas rumah kaca di tingkat tapak. Hingga awal Oktober 2023, terdapat 7 ribu lokasi yang sudah terverifikasi menjalankan proklim. Hingga akhir 2023 ditargetkan setidaknya sudah ada 13 ribu Kampung Iklim.
Pencapaian target terus digencarkan dengan menambah skema proklim, dari yang sebelumnya hanya menggunakan batas wilayah kini juga termasuk Proklim berbasis komunitas. Dengan demikian, Proklim diharapkan bisa berkontribusi cukup besar untuk mencapai target nol emisi di 2060.