REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- LSI Denny JA menemukan, elektabilitas pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar anjlok pada September 2023. Peneliti LSI, Adjie Alfaraby mengatakan, ada dua penyebab elektabilitas Amin anjlok.
Pada Agustus sebelum deklarasi Amin, elektabilitas Anies sebesar 19,7 persen. Namun, pascadeklarasi elektabilitas Anies sebesar 14,5 persen atau menurun 5,2 persen setelah deklarasi Muhaimin sebagai cawapres.
"Dari hasil riset kualitatif, terdapat dua hal yang menyebabkan suara Anies Baswedan menurun. Pertama, adalah kritik keras SBY soal pemimpin yang tidak memegang janji, yang beredar luas," kata Adjie, Senin (2/10).
LSI Denny JA sendiri melakukan survei tatap muka dengan menggunakan kuesioner kepada 1.200 responden di seluruh Indonesia. Dengan 1.200 responden, margin of error survei September ini sebesar 2,9 persen.
Survei dilakukan 4-12 September 2023. LSI Denny JA turut memperkaya informasi dan analisa dengan metode kualitatif seperti analisis media, in-depth interview, expert judgement dan focus group discussion (fgd).
Dia mengingatkan, SBY merupakan Presiden RI dua periode dan publik yang menjadikannya panutan tentu masih banyak. Kritikan yang keras dari SBY itu tentu bisa mempunyai efek kepada persepsi yang berkembang di publik.
"Kedua Muhaimin kalah populer dan kalah disukai dibanding dengan AHY," ujar Adjie.
Dia menerangkan, popularitas atau pengenalan AHY sebesar 65,9 persen dan popularitas Muhaimin sebesar 49 persen dan keduanya terpaut 16,9 persen. Dari sisi kesukaan, AHY meraih 68,3 persen dan Muhaimin 61,5 persen.
Angka kesukaan terhadap keduanya terpaut 6,8 persen. Popularitas AHY bisa dilacak dari kontestasi Pilkada DKI Jakarta 2017. Ia mengingatkan, Pilkada DKI mendapat liputan yang sangat luas dari seluruh Indonesia.
"AHY yang menjadi salah satu kontestan mendapatkan efek popularitasnya," kata Adjie.
Simpati publik muncul karena AHY relatif bersih dari pemberitaan kasus hukum dan tindakan tercela. Asosiasi Anies dengan AHY, SBY dan Demokrat lebih kuat elektabilitasnya dibanding Anies-Muhaimin Iskandar dan PKB.