REPUBLIKA.CO.ID, KOTA HEBRON -- Otoritas Israel menutup Masjid Ibrahimi yang menjadi titik konflik di Kota Hebron, Tepi Barat, Senin (2/10/2023). Mereka hanya membukanya bagi pemukim untuk menandai hari raya Yahudi, Sukkot.
“Otoritas pendudukan Israel menutup Masjid Ibrahimi pada Senin dan Selasa karena Sukkot,” kata Direktur Masjid Ibrahimi, Ghassan Al-Rajabi, dikutip di Anadolu Agency, Selasa (3/10/2023).
Dia mengatakan, seluruh bagian masjid akan dibuka untuk pemukim Israel. Otoritas Israel berencana menutup masjid selama 10 hari setiap tahunnya, pada hari libur Yahudi yang berbeda.
Langkah-langkah tersebut sebagai bagian dari kerangka pembagian ruang dan waktu yang berkelanjutan yang direncanakan Israel di Masjid Ibrahimi. Dihormati oleh umat Islam dan Yahudi, kompleks Masjid Ibrahimi di Hebron diyakini sebagai tempat pemakaman nabi Ibrahim, Ishak, dan Yakub.
Setelah pembantaian 29 jamaah Palestina di dalam masjid pada 1994 oleh pemukim ekstremis Yahudi, Baruch Goldstein, pihak berwenang Israel membagi kompleks masjid antara jamaah Muslim dan Yahudi. Komite Warisan Dunia UNESCO memutuskan pada Juli 2017, memasukkan Masjid Ibrahimi dan kota tua Hebron ke dalam Daftar Warisan Dunia.
Hebron sendiri merupakan rumah bagi sekitar 160 ribu Muslim Palestina dan sekitar 500 pemukim Yahudi. Adapun pemukin ini tinggal di serangkaian daerah kantong khusus Yahudi yang dijaga ketat pasukan Israel.
Di hari yang sama, polisi Israel dilaporkan masuk ke Masjid Qibli atau Al Aqsa, tempat sholat utama di kompleks suci umat Islam di Yerusalem. Mereka berdalih melakukan penggeledahan, ketika ratusan orang Yahudi fanatik menyerbu situs Muslim, serta polisi menyerang dan menangkap jamaah Palestina.
Sumber media lokal dan saksi mengatakan polisi Israel memasuki Masjid Qibli dengan tindakan yang tidak biasa, menodai tempat suci tersebut, sebelum meninggalkannya lagi. Pada saat yang sama, polisi menyerang dan memindahkan secara paksa dua wanita Palestina dan seorang pria yang sedang beribadah di masjid.
Ketika itu, ratusan orang Yahudi fanatik berjalan-jalan dan mengadakan ritual keagamaan. Ritual mereka jelas melanggar aturan tempat suci tersebut.
Kaum fanatik Yahudi seolah semakin mengintensifkan kehadiran mereka di Masjid Al Aqsa, saat mereka memperingati hari raya Sukkot. Mereka mengikuti seruan para pemimpinnya, untuk hadir di lokasi tersebut dengan tujuan mengubah status quo yang mengatakan area tersebut adalah area ibadah murni Muslim.
Untuk mengamankan penyerbuan orang-orang fanatik masjid, polisi melarang Muslim Palestina memaksa mereka yang berada di dalam untuk meninggalkannya. Departemen Wakaf Islam mengatakan lebih dari 1.100 pemukim dan fanatik menyerbu Masjid Al Aqsa pada Senin (2/10/2023).