REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO – Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi telah mengumumkan akan kembali mencalonkan diri dalam pemilihan presiden (pilpres) di negaranya yang diagendakan digelar pada Desember mendatang. Jika terpilih, Sisi bakal melanjutkan periode ketiga masa kepresidenannya.
“Saya telah memutuskan untuk mencalonkan diri saya sendiri guna mewujudkan impian tersebut selama masa jabatan presiden yang baru,” kata Sisi saat mengumumkan keputusannya untuk kembali maju dalam pilpres Mesir, Senin (2/10/2023), dikutip laman Aljazirah.
Dia pun meminta warga Mesir memanfaatkan hak pilihnya. “Saya menyerukan kepada seluruh rakyat Mesir untuk berpartisipasi dalam kancah demokrasi ini untuk memilih dengan hati nurani patriotik mereka siapa yang layak,” ucapnya.
Pilpres Mesir diagendakan digelar selama tiga hari, yakni pada 10-12 Desember 2023. Bagi diaspora Mesir, mereka dapat memberikan suaranya lebih awal, yakni pada 1-3 Desember 2023. Diperkirakan 65 juta warga Mesir bakal memberikan suaranya dalam pilpres mendatang.
Sebagai petahana, Sisi sangat diunggulkan memenangkan pilpres. Meskipun saat ini Mesir sedang bergulat dengan krisis ekonomi, rekor inflasi, dan nilai mata uang yang terdepresiasi tajam.
Beberapa politisi Mesir telah mengumumkan niatan mereka untuk maju dalam pilpres. Namun mereka dipandang bukan lawan sepadan bagi Sisi yang sudah berkuasa sejak 2014. Salah satu calon lawan Sisi adalah Ahmed al-Tantawi, seorang mantan anggota parlemen Mesir.
Kendati demikian, tim kampanye al-Tantawi telah menyuarakan keluhan dalam proses pencalonan. Mereka mengklaim, warga dihambat ketika mencoba mendaftarkan dukungan mereka terhadap al-Tantawi. Banyak dari warga yang datang ke kantor notaris untuk mendaftarkan dukungan mereka terhadap al-Tantawi diberitahu bahwa sistem pendaftaran tidak berfungsi, diperintahkan untuk kembali lagi nanti, atau mendaftar di tempat lain.
Seorang bakal calon presiden memang memerlukan 25 ribu tanda tangan publik atau dukungan dari 20 anggota parlemen jika ingin maju dalam pilpres. Saat ini mayoritas anggota parlemen sangat pro-Sisi.
Sementara itu Gerakan Demokrasi Sipil, yakni kelompok dari beberapa partai oposisi kecil, turut menyampaikan dalam sebuah pernyataan pada Ahad (1/10/2023) lalu bahwa telah terjadi banyak pelanggaran terhadap warga yang mencoba mencalonkan kandidat untuk melawan Sisi. Otoritas Pemilu Nasional Mesir mengatakan pihaknya sedang menyelidiki pengaduan itu. Namun mereka telah mengatakan tuduhan tersebut tidak berdasar.
Sisi telah berkuasa di Mesir sejak 2013, tepatnya ketika dia memimpin aksi kudeta militer terhadap Mohammed Morsi, yakni presiden pertama Mesir yang terpilih lewat pemilu. Pada penyelenggaraan pilpres Mesir tahun 2014, Sisi menang telak dengan memperoleh hampir 97 persen suara.