REPUBLIKA.CO.ID, VATIKAN -- Paus Fransiskus menyarankan mempertimbangkan kemungkinan untuk memberkati hubungan sesama jenis. Kemungkinan ini muncul usai tanggapan publik terhadap para kardinal yang mempertanyakan penegasan Paus terhadap komunitas LGBTQ di Gereja Katolik.
Dalam surat yang ditulis pada Juli lalu dalam bahasa Spanyol, Paus Fransiskus menegaskan kembali bahwa Gereja memiliki pemahaman yang sangat jelas tentang pernikahan. "Persatuan yang eksklusif, stabil, dan tak terpisahkan antara seorang pria dan seorang perempuan, yang secara alami terbuka untuk prokreasi,” ujar keputusan itu seperti diberitakan ABC News, Selasa (3/10/2023).
Tapi, dalam surat itu, pemimpin Gereja Katolik ini menganjurkan "amal pastoral". “Membela kebenaran obyektif bukan satu-satunya ekspresi dari amal ini; hal ini juga mencakup kebaikan, kesabaran, pengertian, kelembutan dan dorongan. Oleh karena itu, kita tidak bisa menjadi hakim yang hanya menyangkal, menolak dan mengecualikan,” katanya menurut Vatican News.
Paus pun meminta kehati-hatian pastoral harus cukup membedakan ada bentuk pemberkatan yang diminta oleh satu orang atau lebih. Tindakan itu perlu tidak menyampaikan konsep pernikahan yang salah.
Kelompok advokasi untuk umat Katolik LGBTQ, New Ways Ministry, mengatakan dalam sebuah pernyataan, meskipun pernyataan Paus Fransiskus bukan merupakan dukungan penuh dan tegas untuk memberkati kelompok mereka. Namun, pengumuman itu merupakan kemajuan yang signifikan bagu umat Katolik LGBTQ untuk masuk ke dalam Gereja.
Para pendukung LGBTQ memuji keputusan tersebut. “Tanggapan Paus Fransiskus belum pernah terjadi sebelumnya dan penuh kasih sayang serta terus mendesak setiap umat Katolik dan pemimpin untuk menerima dan mengakui kelompok LGBTQ,” kata Presiden dan CEO GLAAD Sarah Kate Ellis.
Pada Agustus, Paus Fransiskus meminta ratusan ribu orang yang berkumpul di hadapannya untuk berteriak bahwa Gereja Katolik diperuntukan untuk “todos, todos, todos” atau semua orang. Ketika ditanya apakah “todos” termasuk komunitas LGBTQ, dia mengatakan, meskipun Gereja memiliki hukumnya sendiri, Gereja tetap merupakan tempat bagi semua orang, termasuk komunitas LGBTQ.
Paus Fransiskus juga mengkritik undang-undang yang mengkriminalisasi homoseksualitas. Berita mengenai komentar Paus ini muncul dua hari sebelum dimulainya pertemuan besar selama tiga minggu di Vatikan untuk membahas keadaan Gereja Katolik dan masa depannya. Sinode atau pertemuan tiga minggu itu dimulai di Vatikan pada 4 Oktober hingga 29 Oktober.
Selama periode ini, lebih dari 450 kardinal, uskup, pendeta, religius, dan awam dari seluruh dunia akan ambil bagian dalam pertemuan. Acara ini akan membahas beberapa isu hangat seperti peran perempuan dalam gereja dan inklusi komunitas LGBTQ+.
Sejumlah kelompok advokasi diharapkan datang ke Roma dan Vatikan untuk mendapatkan perhatian atas perjuangan yang ingin disampaikan selama sinode. Kelompok-kelompok ini mewakili isu-isu yang berkembang saat ini, seperti mengakhiri pelecehan terhadap pendeta, konferensi pentahbisan perempuan, dan banyak lagi.
Beberapa pengamat Gereja menyebut Sinode Sinodalitas ini sebagai peristiwa bersejarah.Sementara beberapa pemimpin gereja konservatif dan komentator berspekulasi bahwa pertemuan tersebut dapat membahayakan Gereja dan melemahkan ajaran Katolik. Sinode akan dimulai dengan misa bersama para kardinal baru di Lapangan Santo Petrus di Vatikan pada Rabu (4/10/2023).