Selasa 03 Oct 2023 14:53 WIB

Jepang Alami Suhu Terpanas dalam 125 Tahun

Tahun ini diperkirakan akan menjadi tahun terpanas dalam sejarah umat manusia.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Cuaca panas. Ilustrasi
Foto: .
Cuaca panas. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO – Jepang mengalami suhu terpanas pada September sejak pencatatan dimulai 125 tahun lalu. Selain Jepang, terdapat beberapa negara lain yang mengalami hal serupa.

Badan Meteorologi Jepang mengungkapkan, suhu rata-rata bulan September adalah 36,78 derajat Celcius. Angka tersebut 2,66 derajat lebih tinggi dari yang biasanya tercatat di Negeri Sakura.

Baca Juga

“(Suhu) ini adalah angka tertinggi sejak dimulainya statistik pada 1898,” kata Badan Meteorologi Jepang dalam keterangannya yang dirilis pada Senin (2/10/2023), dikutip laman Channel News Asia.

Tahun ini diperkirakan akan menjadi tahun terpanas dalam sejarah umat manusia seiring dengan semakin cepatnya perubahan iklim. Negara-negara seperti Austria, Perancis, Jerman, Polandia, dan Swiss masing-masing mencatatkan rekor suhu terpanas pada September.

Otoritas cuaca Prancis Meteo-France mengatakan rata-rata suhu di negara itu pada September lalu berkisar 21,5 derajat Celsius. Suhu tersebut naik antara 3,5 dan 3,6 derajat Celcius di atas periode referensi 1991-2020. Inggris juga telah mencatatkan rekor suhu terpanas pada September sejak pencatatan dimulai pada tahun 1884.

Pada September lalu, Copernicus Climate Change Service (C3S) yang didanai Uni Eropa mengungkapkan, Bumi telah mengalami rekor terpanas dalam tiga bulan. Suhu permukaan laut global berada pada titik tertinggi yang belum pernah terjadi sebelumnya selama tiga bulan berturut-turut. Selain itu, luas es laut Antartika masih berada pada rekor terendah sepanjang tahun ini.

Menurut C3S, Januari hingga Agustus lalu mengalami suhu terpanas kedua yang pernah tercatat setelah 2016, yakni ketika terjadi fenomena El Nino. Pada bulan Agustus secara keseluruhan terdapat suhu permukaan laut rata-rata bulanan global tertinggi yang pernah tercatat sepanjang bulan, yaitu sebesar 20,98 derajat Celsius. Suhu melebihi rekor sebelumnya (Maret 2016) setiap hari pada Agustus.

Badan Meteorologi Dunia (WMO) mengonsolidasikan data dari C3S dan lima kumpulan data internasional lainnya untuk kegiatan pemantauan iklim. Sebuah laporan WMO dan Met Office Inggris pada Mei lalu memperkirakan, ada kemungkinan 98 persen bahwa setidaknya satu dari lima tahun ke depan akan menjadi rekor suhu terpanas.

“Planet kita baru saja mengalami musim panas–musim panas terpanas yang pernah tercatat. Kerusakan iklim telah dimulai. Para ilmuwan telah lama memperingatkan dampak dari kecanduan bahan bakar fosil,” kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, dikutip laman WMO.

Dia mengingatkan, peningkatan suhu memerlukan respons tindakan yang cepat. “Para pemimpin sekarang harus meningkatkan kewaspadaannya demi solusi iklim. Kita masih bisa menghindari dampak terburuk dari kekacauan iklim – dan kita tidak boleh menyia-nyiakan momen ini,” ujarnya.

Sementara, Sekretaris Jenderal WMO Petteri Taalas mengatakan, belahan Bumi utara telah mengalami musim panas esktrem. Gelombang panas berulang kali memicu kebakaran hutan dan lahan yang dahsyat.

“Di belahan Bumi selatan, luas es laut Antartika benar-benar tidak masuk akal, dan suhu permukaan laut global sekali lagi mencapai rekor baru. Patut dicatat bahwa hal ini terjadi sebelum kita melihat dampak pemanasan penuh dari peristiwa El Niño, yang biasanya terjadi pada tahun kedua setelah terjadinya,” kata Taalas.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement