Selasa 03 Oct 2023 17:44 WIB

IHSG Ditutup Melemah Tertekan Kekhawatiran Suku Bunga The Fed

Pelemahan IHSG sejalan dengan mayoritas bursa Asia.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Lida Puspaningtyas
Pengunjung mengamati data saham melalui aplikasi IDX Mobile di dekat layar yang menampilkan indeks harga saham gabungan (IHSG) di kantor PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Kamis (24/8/2023). IHSG ditutup melemah 0,32% ke 6899,39 pada akhir perdagangan. IHSG sempat mencapai posisi tertinggi di 6.937,64 dan terendah di 6.898,38 sepanjang sesi. Sebanyak 219 saham ditutup di zona hijau, 308 saham melemah, dan 215 saham lainnya ditutup di posisi yang sama.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pengunjung mengamati data saham melalui aplikasi IDX Mobile di dekat layar yang menampilkan indeks harga saham gabungan (IHSG) di kantor PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Kamis (24/8/2023). IHSG ditutup melemah 0,32% ke 6899,39 pada akhir perdagangan. IHSG sempat mencapai posisi tertinggi di 6.937,64 dan terendah di 6.898,38 sepanjang sesi. Sebanyak 219 saham ditutup di zona hijau, 308 saham melemah, dan 215 saham lainnya ditutup di posisi yang sama.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona negatif pada perdagangan Selasa (3/10/2023). IHSG ditutup melemah sebesar 20,57 poin atau 0,30 persen ke level 6.940,88.

Sektor property & real estate mencatatkan kenaikan tertinggi sebesar 0,88 persen. Sementara di posisi terendah yaitu sektor energi yang melemah nyaris dua persen. 

Pelemahan IHSG sejalan dengan mayoritas bursa Asia. Indeks Nikkei melemah 1,64 persen, Hang Seng Anjlok 2,69 persen dan Strait Times melemah 0,51 persen. 

"Bursa Asia didominasi pelemahan karena adanya kekhawatiran terhadap kenaikan suku bunga AS untuk jangka waktu yang lebih lama sebab The Fed tetap menargetkan inflasi AS untuk turun hingga dua persen," kata Pilarmas Investindo Sekuritas.

Sejauh ini probabilitas tingkat suku bunga The Fed pada November 2023 tetap direntang 5,25 persen-5,50 persen adalah sebesar 74,3 persen dan untuk naik direntang 5,50 persen-5,75 persen adalah sebesar 25,7 persen. 

Sementara itu, nilai mata uang di Asia semakin berkontraksi dengan yen mendekati level terendah dalam satu tahun. Rupiah juga melanjutkan depresiasinya menyentuh level terlemahnya selama tujuh bulan sebesar Rp 15.613 per dolar AS.

"Melemahnya nilai mata uang di Asia disebabkan oleh meningkatnya Yield Treasury AS bertenor 10 tahun yang melampaui 4,65 persen pada awal Oktober, tingkat yang belum pernah terlihat sejak Juli 2007," kata Pilarmas Investindo Sekuritas. 

Di pasar komoditas, minyak mentah berjangka WTI turun menuju 88 dolar AS per barel pada Selasa, meluncur untuk sesi keempat berturut-turut karena investor mengurangi kepemilikan aset berisiko di tengah menguatnya dolar AS dan melonjaknya imbal hasil Treasury. 

Selain itu, pipa minyak utama antara Irak dan Turki tampaknya siap untuk dioperasikan minggu ini yang dapat menghasilkan aliran minyak tambahan dan mengurangi ketatnya pasokan global. Investor juga menantikan pertemuan OPEC+ minggu ini.

Sepanjang hari ini Indeks LQ45 bergerak melemah. Saham–saham yang mendominasi penurunan diantaranya ESSA, MDKA, AKRA, SRTG, dan HRUM. Sedangkan saham–saham yang mendominasi penguatan diantaranya MAPI, BRPT, CPIN, BBTN, dan BBCA. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement