REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI berkomitmen akan memperbesar porsi pembiayaan hijau. Hal tersebut sebagai upaya Perseroan dalam mewujudkan visi pemerintah mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2060.
“Kami berkomitmen, ke depan BRI akan terus memperbesar porsi dari pembiayaan hijau," ujar Direktur Kepatuhan BRI Ahmad Solichin Lutfiyanto melalui siaran pers, Selasa (3/10/2023).
Secara umum, BRI telah memiliki komitmen yang tinggi terhadap pembiayaan berkelanjutan. Pembiayaan tersebut disalurkan kepada UMKM dan sektor hijau dengan total pembiayaan mencapai Rp 732,3 triliun atau 67,2 persen dari total pembiayaan bank.
Solichin memerinci, porsi pembiayaan BRI kepada UMKM sebesar Rp 652,9 triliun, sementara pembiayaan ke sektor hijau mencapai sebesar Rp 79,4 triliun. Di sisi lain, Solichin mengakui bank masih menghadapi sejumlah tantangan dalam menyalurkan pembiayaan hijau.
Dalam konteks ekonomi hijau, Solichin menyebut, terdapat dua risiko utama yang harus dikelola yaitu risiko fisik dan risiko transisi. Tantangan terbesar bagi bank adalah mengantisipasi risiko transisi.
"Ini nilainya besar sekali dan itu nggak mungkin ditanggung sendiri oleh bank. Bahkan harus ada kolaborasi baik dari pemerintah, bank, industri, dan para pihak terkait," jelas Solichin.
Untuk itu, Perseroan menerapkan manajemen risiko yang lebih intens dalam menyalurkan kredit ke sektor hijau, diantaranya adalah melakukan analisis skenario perubahan iklim, serta menyusun kebijakan kredit per sektor seperti di sektor kelapa sawit dan pulp & paper.
Selain risiko yang tinggi, Solichin juga menjelaskan ketersediaan proyek hijai di Indonesia saat ini juga masih terbatas. Untuk itu, peran dari pemerintah dan pelaku industri menjadi hal yang penting dalam meningkatkan porsi proyek hijau di Indonesia.