REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU — Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, meminta masyarakat mewaspadai potensi penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD). Terlebih, kasus DBD di Indramayu mengalami peningkatan, termasuk pada musim kemarau.
Kepala Dinkes Kabupaten Indramayu Wawan Ridwan mengatakan, tahun lalu terdata 220 kasus DBD. Adapun pada 2023 ini, hingga September, sudah terdata 360 kasus.
“Jumlah kasus DBD sampai September kemarin hampir dua kali lipat dibandingkan tahun lalu. Dikhawatirkan sampai akhir tahun akan lebih meningkat lagi,” kata Wawan, saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (3/10/2023).
Wawan menyebut ada yang berbeda dari kasus DBD tahun ini. Menurut dia, biasanya kasus DBD di Indramayu meningkat saat musim hujan. Sementara tahun ini kasus DBD meningkat juga pada musim kemarau. “Ini menjadi fenomena baru,” ujar dia.
Dengan adanya tren peningkatan kasus DBD ini, Wawan mengimbau masyarakat melakukan upaya-upaya pencegahan. Warga diminta menekan potensi perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti, yang menularkan virus dengue.
Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3M Plus. Warga diminta rutin menguras tempat penampungan air dan menutupnya. Selain itu, membersihkan atau mendaur ulang barang-barang bekas yang berpotensi menjadi tempat berkembang biak nyamuk.
Sementara untuk gerakan plusnya, warga bisa melakukan sejumlah langkah pencegahan tambahan. Seperti memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, memasang kawat kasa pada jendela atau ventilasi, serta menggunakan larvasida tempat penampungan air.
Tak hanya DBD, Wawan mengimbau masyarakat mewaspadai penyakit lainnya yang biasa terjadi saat musim kemarau, seperti diare. Selain itu, warga juga diminta waspada akan dampak dari kondisi cuaca panas, khususnya terhadap anak-anak.
“Secara statistik kita memang belum dapat laporan peningkatan penyakit pada anak-anak di musim kemarau ini. Tapi, dampak dari cuaca panas pada anak-anak harus diwaspadai,” kata Wawan.