REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perubahan iklim menjadi fenomena global yang berdampak pada kehidupan perkotaan. Namun di saat yang sama, kota merupakan kontributor utama terhadap perubahan iklim karena aktivitas perkotaan adalah sumber utama emisi gas rumah kaca.
United Nations Environment Programme (UNEP) memperkirakan, kota bertanggung jawab atas 75 persen emisi karbon global, dengan transportasi dan bangunan sebagai contributor terbesar. Hal inilah yang mendorong otoritas Kota Austin, Texas, AS, untuk melakukan transformasi perkotaan yang mengarah pada keberlanjutan.
“Begitu banyak emisi karbon yang berasal dari kota, namun sebenarnya, emisi tersebut berasal dari manusia. Saya tidak bermaksud menyalahkan mereka, namun emisi itu dari listrik, air, limbah, dan transportasi yang dibutuhkan manusia untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Jadi kami mencoba untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,” kata Lucia Athens, Chief Sustainability Officer, City of Austin, dalam sebuah diskusi di @america di SCBD Jakarta, Selasa (3/10/2023).
Beberapa solusi yang untuk mengurangi emisi dari perkotaan, pemerintah Austin membuat perencanaan kota untuk memanfaatkan semua aspek di perkotaan yang bisa diubah menjadi lebih ramah lingkungan dan rendah emisi. Di Austin, Texas, perpustakaan (Austin Public Library) dibangun menggunakan praktik-praktik berkelanjutan.
Misalnya, kata dia, atap perpustakaan dipasang panel-panel solar farm untuk memanfaatkan energi matahari guna penerangan perpustakaan. Selain itu, perpustakaan ini juga telah meraih penghargaan LEED Platinum, sebagai pengakuan atas upaya sustainability.
Lucia menjelaskan saat ini Austin memiliki target ambisius untuk mencapai Net Zero pada 2040. Untuk mewujudkannya, Pemerintah Austin telah melakukan investasi skala besar untuk memanfaatkan sumber energi angin dan tenaga surya untuk mencukupi kebutuhan energi di seluruh kota.
“Kami berkomitmen terhadap clean energy. Jadi kami sedang dalam proses memenuhi produksi energi bebas karbon dalam 10 tahun ke depan atau kurang. Saat ini kami juga menerapkan sistem loop air dingin, menyediakan irigasi, dan pengolahan air limbah,” kata Lucia.
Selain itu, Pemerintah Austin juga memberikan insentif pada kendaraan listrik, mengoptimalkan fasilitas transportasi umum termasuk kereta api, infrastruktur sepeda, serta pedestrian. Ini dilakukan dengan harapan masyarakat bisa merasa lebih nyaman dan aman saat menggunakan transportasi umum.
Bahkan, Pemerintah Austin juga membuka rute kereta api ke stadion Q2 yang terletak di Burnet bagian utara Austin. Ini diharapkan bisa mempermudah akses penggemar sepak bola saat hendak menonton klub favorit, tanpa harus meninggalkan jejak karbon yang besar.
“Membuat beberapa alternatif ini saya harap bermanfaat bagi Masyarakat, dan Anda bisa menyadari bahwa itu sebenarnya lebih menyenangkan daripada duduk sendirian di dalam mobil di tengah kemacetan,” kata dia.