REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komentar Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, soal imbauan jangan pilih calon pemimpin yang pernah pecah belah umat menjadi polemik dan memicu pro-kontra. Namun, Sekretaris Mahkamah Partai PPP, Ending Syarifuddin, justru membela komentar Menag tersebut.
Ia merasa, reaksi dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) atas komentar Menag Yaqut malah memanaskan ruang publik. Padahal, Ending berpendapat, secara konten apa yang disampaikan Yaqut tentang pemimpin tersebut sebenarnya sudah sangat jelas dan baik.
"Pertama, pendidikan politik untuk menjadi pemilih yang cerdas," kata Ending, Rabu (4/10/2023).
Ia merasa, komentar Menag merupakan ajakan kepada masyarakat agar tidak memilih pemimpin karena pesona fisik semata dan janji-janji manis saat kampanye. Ending menekankan, memilih pemimpin harus dengan cerdas.
Antara lain dengan menelisik rekam jejak calon pemimpin itu sebelum diputuskan untuk dipilih. Menurut Ending, itu merupakan ajakan yang sebenarnya baik untuk menghadirkan pemilihan umum yang berkualitas.
"Supaya pemilih tidak mudah tertipu," ujar Ending.
Ending menilai, Yaqut sebagai santri memahami betul ada hadits nabi terkait itu. Yang mana, menyatakan sesungguhnya Allah tidak melihat paras dan bentuk badanmu melainkan dari hati dan amal perbuatanmu.
Lalu, ia melihat, ajakan agar memilih pemimpin berdasarkan preferensi karakternya yang jujur, adil, toleran dan demokratis. Jadi, bukan calon pemimpin anti-demokrasi dan mudah menunggangi SARA sebagai kendaraan.
"Serta, menghalalkan segala cara untuk memenangkan kontestasi politik," kata Ending.