Rabu 04 Oct 2023 21:49 WIB

Kemeriahan Pesta Pernikahan yang Berujung Petaka di Irak

Sekitar 900 tamu undangan hadir dalam pesta tersebut.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Perdana Menteri Irak Mohammed Shia al-Sudani telah mengumumkan masa berkabung nasional selama tiga hari setelah kebakaran di pesta pernikahan yang menewaskan sekitar 150 orang
Foto: AP
Perdana Menteri Irak Mohammed Shia al-Sudani telah mengumumkan masa berkabung nasional selama tiga hari setelah kebakaran di pesta pernikahan yang menewaskan sekitar 150 orang

REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Pengantin baru Haneen yang berusia 18 tahun dan Revan yang berusia 27 tahun sedang menikmati tarian dengan pelan selama pernikahan mereka di Qaraqosh, dekat Mosul, Irak, pada 26 September 2023. Tiba-tiba, perayaan meriah dan penuh tawa ini berubah menjadi tragedi yang mungkin akan terus mengusik hati mereka seumur hidup.

"Memang benar kami duduk di hadapan Anda dalam keadaan hidup. Namun di dalam diri kami, kami mati. Kami mati rasa. Dalam diri kami telah mati," kata Revan yang duduk lesu didampingi istrinya.

Baca Juga

Pasangan ini berhasil selamat dari lahapan api di pesta pernikahan mereka sendiri. Namun, keduanya harus kehilangan keluarga, teman, hingga rekan atas peristiwa itu.

"Bibiku meninggal. Adikku mengalami luka bakar. Suaminya mengalami luka bakar di sekujur tubuhnya. Pamanku kehilangan tujuh anggota. Begitu banyak orang. Dan setiap hari kami mendengar lebih banyak berita," kata Revan.

Revan mengungkapkan bahwa istrinya Haneen tidak dapat berbicara setelah kehilangan 10 anggota keluarganya, termasuk ibu dan saudara laki-lakinya. Ayah Haneen dalam keadaan kritis. Pengantin pria sendiri kehilangan 15 anggota keluarganya dalam peristiwa tragis tersebut.

“Kerabat kami, teman-teman kami, orang-orang yang kami cintai semuanya telah tiada. Dua hari yang lalu kami menguburkan pamannya [Haneen] dan kedua putrinya. Kemarin kami menguburkan pamannya yang lain. Hari ini kami menguburkan putrinya dan kami menguburkan ibunya. Ayahnya Kondisinya kritis. Kita belum tahu kondisinya seperti apa,” kata Revan dikutip dari SkyNews.

Kembang api yang seharusnya membawa keindahan dekorasi pernikahan justru menewaskan lebih dari 100 orang dan melukai puluhan lainnya. Sebuah video yang diposting daring menunjukkan empat kembang api besar menyala di aula, sementara banyak orang duduk di meja panjang di dekatnya dan musik keras diputar. Beberapa saat kemudian, dekorasi langit-langit besar yang ditutupi jumbai dan lampu dilalap api dan terdengar jeritan.

Revan mengatakan, ayahnya telah mengajukan pertanyaan tentang risiko kembang api tersebut menyebabkan percikan api yang dapat mendarat di gaun pengantin perempuan hingga bisa terbakar. Namun dia telah diberitahu oleh pemilik aula bahwa kembang api tersebut menggunakan listrik.

"Anda dapat meletakkan tangan Anda di dalamnya atau bahkan plastik [di atasnya] dan tidak akan terbakar," ujar Revan menirukan ucapan yang dijanjikan kepadanya.

Saksi mata mengatakan, peristiwa itu dimulai antara pukul 22:00 hingga 22:45 waktu setempat, ketika kembang api dinyalakan di dalam aula saat kedua mempelai menari disaksikan oleh sekitar 900 tamu yang hadir. Dalam cuplikan lainnya yang diambil dari sudut berbeda, kedua mempelai serta tamu lainnya terlihat menghindari puing-puing terbakar yang berjatuhan ke lantai dansa.

Tak lama setelah itu, listrik padam sehingga sulit untuk melihat apa pun dan keluar. Karena panik, para tamu bergegas melarikan diri, berteriak demi keselamatan orang-orang yang dicintai. Ruangan itu bersinar merah karena api menyebar dan dekorasi di langit-langit hancur menjadi debu.

Menurut Revan, api yang berkobar di plafon kemungkinan akibat korsleting. Hanya ada satu alat pemadam kebakaran yang tidak berfungsi.

“Mungkin saja ada korsleting, saya tidak tahu. Namun api bermula dari langit-langit. Kami merasakan panasnya …. Saat saya mendengar suara retakan, saya melihat ke langit-langit. Kemudian langit-langit yang seluruhnya terbuat dari nilon mulai meleleh. Hanya butuh beberapa detik," ujar Revan.

Revan menyelamatkan istrinya yang terluka dan kesulitan berjalan karena gaun pengantinnya. Dia menyeret istrinya ke tempat aman di tengah kekacauan dan orang-orang yang secara tidak sengaja menginjak-injaknya.

Kesedihan yang sangat besar ini membuat pasangan muda itu memutuskan untuk pindah dari kampung halaman mereka. “Sudahlah, kami tidak bisa tinggal di sini lagi. Maksud saya, setiap kali kita mencoba untuk mendapatkan kebahagiaan, sesuatu yang tragis terjadi pada kita dan menghancurkan kebahagiaan tersebut. Jadi sebaiknya kami pergi," ujar Revan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement