REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Doa dapat mengubah takdir dalam kehidupan seseorang. Hal ini lah yang pernah disampaikan oleh Nabi yang Mulia, Muhammad shallallahu alaihi wasallam.
Nabi kita shallallahu’alaihiwasallam menuturkan,
” إِنَّ الرَّجُلَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيبُهُ، وَلَا يَرُدُّ الْقَدَرَ إِلَّا الدُّعَاءُ، وَلَا يَزِيدُ فِي الْعُمُرِ إِلَّا الْبِرُّ “
“Seseorang itu terhalang dari rizki akibat dosa yang ia lakukan. Tidak ada yang bisa menolak takdir kecuali doa. Dan tidak ada yang bisa menambah umur melainkan perbuatan baik.” HR. Ahmad dari Tsauban radhiyallahu’anhu dan dinilai hasan oleh al-Albany.
"Para ulama telah menjelaskan makna hadits di atas. Bahwa doa seorang hamba adalah bagian dari takdir Allah juga. Terkadang Allah menakdirkan hal A bagi seorang hamba bila ia tidak berdoa. Namun, selain itu Allah juga menakdirkan hal B bila ia berdoa. Misalnya ada seorang hamba yang ditakdirkan bila ia tidak berdoa, maka anak-anaknya akan nakal. Namun, di balik itu Allah menakdirkan skenario lain, bahwa bila ia rajin berdoa, maka anak-anaknya akan salih dan salihah," kata Pengasuh pesantren Tunas Ilmu Purbalingga sekaligus dosen Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyyah Imam Syafi'i Jember Ustadz Abdullah Zaen melalui pesan Telegram.
Ustadz Abdullah mengatakan, keterangan di atas menunjukkan doa itu memiliki peran yang sangat besar dalam menentukan kebaikan muslim di dunia maupun akhirat. Sangat keliru anggapan sebagian orang yang mengatakan 'saya tidak perlu berdoa dan meminta kepada Allah. Cukup bagi saya bergantung dengan takdir Allah saja'. Hal ini keliru, sebab Allah ta’ala sendirilah yang menjadikan doa sebagai salah satu sebab terbesar untuk meraih kebaikan dunia dan akhirat.
"Jadi, kebutuhan seorang muslim terhadap doa amatlah besar. Ia tidak mungkin lepas dari ibadah yang mulia ini, dalam segala urusannya. Seorang ulama telah memberikan perumpamaan yang sangat indah untuk menggambarkan betapa butuhnya seorang hamba terhadap doa," ucap Ustadz.
Muwarriq rahimahullah bertutur, “Permisalan mukmin itu seperti seorang yang terapung di tengah lautan di atas sebatang kayu. Lalu ia berdoa, “Wahai Rabbi, wahai Rabbi”. Ia berharap Allah menyelamatkannya”. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam kitab beliau az-Zuhd.
Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam bersabda,
أَبْخَلُ النَّاسِ الَّذِي يَبْخَلُ بِالسَّلَامِ، وَإِنَّ أَعْجَزَ النَّاسِ مَنْ عَجَزَ بِالدُّعَاءِ
“Manusia yang paling pelit adalah yang pelit memberi salam. Dan manusia yang paling lemah adalah yang lemah tidak berdoa”. HR. Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad dan dinilai sahih oleh al-Albany.
Ustadz Abdullah mengatakan, doa adalah sebuah ibadah yang amat ringan. Dalam menjalankannya tidak memerlukan energi besar.
Setelah mengerjakannya pun, seorang hamba tidak merasa capai dan lelah. Selain itu juga tidak perlu mengeluarkan biaya. Sehingga orang yang tidak mampu berdoa, tentu untuk menjalankan ibadah lainnya lebih tidak mampu lagi.