Kamis 05 Oct 2023 07:31 WIB

Bersihkan Telinga Tapi Skip Bagian Belakang? Waspada Jadi Tempat Kumpulnya Bakteri

Membersihkan telinga bagian belakang memiliki manfaat bagi kesehatan.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Qommarria Rostanti
Organ telinga. Telinga harus dibersihkan secara rutin hingga bagian belakang. Jika tidak dibersihkan, telinga bagian belakang bisa menjadi tempat berkumpulnya bakteri.
Foto: www.freepik.com
Organ telinga. Telinga harus dibersihkan secara rutin hingga bagian belakang. Jika tidak dibersihkan, telinga bagian belakang bisa menjadi tempat berkumpulnya bakteri.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat membersihkan telinga, terkadang sebagian orang melewatkan untuk menjangkau bagian belakang. Padahal, membersihkan telinga bagian belakang memiliki manfaat bagi kesehatan.

Menurut studi baru oleh tim di George Washington Computational Biology Institute, kebiasaan demikian membantu menjaga kesehatan kulit di area tersebut. Di dalam dan permukaan tubuh manusia, hidup kumpulan mikroba atau mikrobioma yang berperan dalam kesehatan. Begitu pula dengan kulit.

Baca Juga

Studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Frontiers in Microbiology ini menunjukkan bahwa komposisi mikrobioma kulit bervariasi di daerah kulit kering, lembab, dan berminyak. Dikutip dari laman Jerusalem Post, Kamis (5/10/2023), kulit merupakan organ terbesar di tubuh manusia, dengan luas permukaan rata-rata 30 meter persegi pada orang dewasa. Kulit memiliki peran protektif, bertindak sebagai penghalang fisik terhadap faktor lingkungan dan penghalang imunologis.

Fungsi lain dari kulit adalah mengurangi dampak cedera dan infeksi, juga termoregulasi atau mencegah kehilangan air, memungkinkan pengaturan suhu, serta mendukung sintesis vitamin D. Tim peneliti yang dipimpin oleh Profesor Marcos Pérez-Losada dan timnya tertarik untuk menguji kondisi kulit di bagian yang jarang dibersihkan.

Bagian belakang telinga, sela-sela jari kaki, dan pusar dianggap sebagai titik-titik panas yang lebih jarang dibersihkan dibandingkan dengan kulit di lengan atau kaki, sehingga ada kemungkinan menampung berbagai jenis bakteri. Penelitian melibatkan 129 mahasiswa pascasarjana dan sarjana yang mengumpulkan data mereka sendiri.

Caranya, dengan menyeka titik-titik tertentu yang lembap dan berminyak di belakang telinga, di antara jari kaki, dan di pusar. Peserta juga mengumpulkan sampel dari daerah kering seperti betis dan lengan bawah, kemudian diminta mengekstraksi dan mengurutkan DNA dalam sampel kulit untuk membandingkan mikroba yang hidup di titik panas dengan mikroba di daerah kontrol.

Ditemukan bahwa lengan bawah dan betis yang sering dibersihkan secara menyeluruh saat mandi memiliki keragaman yang lebih besar sehingga berpotensi memiliki kumpulan mikroba yang lebih sehat dibandingkan dengan sampel yang diambil di tempat yang panas. Tidak ada perbedaan signifikan yang diamati berdasarkan gender, usia, dan etnis.

Ketika mikroba tertentu yang menyebabkan masalah mengambil alih mikrobioma, mereka dapat mengalihkan keseimbangan dari kesehatan. Jika mikrobioma mendukung mikroba yang merugikan, penyakit kulit, seperti eksim atau jerawat bisa menjadi akibatnya.

Artinya, kebiasaan membersihkan area yang jarang dibersihkan dapat mengubah mikroba yang hidup di kulit menjadi lebih sehat. Penelitian ini melihat keragaman situs mikrobioma kulit pada subjek dewasa yang sehat, dan diyakini dapat menjadi referensi untuk studi lain pada masa depan. 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement