Kamis 05 Oct 2023 07:41 WIB

Kuliner Ingkung Kian Populer, Ternak DOC Ayam Joper Berkembang di Bantul

Kendala utama adalah harga pakan tidak stabil sehingga menyulitkan peternak.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Yusuf Assidiq
Peternak ayam joper di Pajangan Kabupaten Bantul.
Foto: Idealisa Masyrafina
Peternak ayam joper di Pajangan Kabupaten Bantul.

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Maraknya kuliner berbahan dasar ayam Jawa menjadikan ternak ayam ini potensial untuk dikembangkan. Salah satu peternakan yang mengembangbiakkan ayam Jawa di Kabupaten Bantul, DIY, berada di Beji Kulon, Sendangsari, Kapanewon Pajangan.

Di Anak Gunung Farm (Anggun Farm) Pajangan, jenis ayam yang dikembangbiakkan adalah DOC atau bibit ayam jowo super (joper). Pemilik Anggun Farm, Sutardi (38 tahun) menuturkan ia mulai berkecimpung dalam ternak ayam petelur milik bapaknya usai gempa 2006 silam.

"Di situ saya melihat harga telur konsumsi sangat ekstrem bisa turun naik Rp 500 - Rp 1,000 setiap hari, untuk penghasilan kami tidak kurang tapi belum maksimal jadi terpikir untuk usaha lain," ujar Sutardi saat ditemui di peternakannya di Beji Kulon RT 04, Sendangsari, Kapanewon Pajangan, Bantul, Rabu (4/10/2023).

Kemudian pada 2010, seorang insinyur peternakan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) mengajarinya beternak DOC ayam jowo super. Ayam joper merupakan hasil persilangan dari ayam ras betina dengan ayam jantan kampung.

Rupanya, mengembangbiakkan DOC ayam joper dirasa lebih menguntungkan dibandingkan ayam petelur biasa. Awalnya ia membiakkan DOC dengan 300 ekor indukan betina dengan indukan pejantan enam ekor.

Perlahan permintaan DOC pun semakin meningkat, seiring dengan naiknya popularitas ayam joper sekitar 2014-2015. Di tahun tersebut, Anggun Farm mulai banyak pesanan.

Sekitar 2017-2018, Pemkab Bantul mulai ikut menggencarkan jenis ayam joper. Para peternak ayam pun diberikan pelatihan-pelatihan terkait budi daya ayam jenis ini.

"Pada 2018 itu bisa produksi DOC satu pekan sebanyak 800 boks atau 8,000 ekor. Sekarang 400-600 boks atau 40-60 ribu untuk kebutuhan satu pekan," ungkap Sutardi.

Harga DOC yang dijualnya yakni sebesar Rp 5,000 per ekor untuk reseller, sedangkan peternak langsung diberi harga Rp 6,000 per ekor. Pembelinya tersebar di Pulau Jawa seperti Gunungkidul, Sleman, Sragen, Klaten, Kediri, Pekalongan, hingga perbatasan Jawa Barat.

Tidak hanya menjual DOC, telur yang tidak berhasil dibuahi juga dapat dijual menjadi pakan ikan lele. Sedangkan untuk ayam indukan, lewat dari usia produktif 32 - 64 pekan akan diternak untuk telur konsumsi.

Kemudian pada usia sekitar 60-70 pekan, ayamnya akan dijual ke restoran lokal. "Kami juga menjual ayam afkir (yang tidak produktif) dengan harga Rp 23 ribu per kg," katanya.

Sutardi menilai usahanya ini cukup menguntungkan, bahkan sebanyak 35 warga turut bergabung dalam Kelompok Ternak Indukan Ayam Jawa Super di kampungnya tersebut. Akan tetapi, harga pakan yang semakin tinggi masih menjadi kendala bagi kelompok peternak ayam.

"Penghasilan tidak sebesar dulu tapi tidak masalah. Harga pakan yang tinggi yang bisa membuat penghasilan berkurang. Sekarang jagung, konsentrat harganya naik," keluhnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Bantul Joko Waluyo mengatakan kebutuhan ayam joper untuk kuliner di Bantul cukup banyak.

"Mungkin ada sekitar 1,500 sampe 2,000 per hari tersebar di beberapa kapanewon, terutama Pajangan terbanyak. Jadi peluangnya cukup besar," ujar Joko.

Tidak hanya itu, permintaan untuk DOC untuk memenuhi ternak ayam joper di dalam dan luar DI Yogyakarta terus meningkat. Akan tetapi, belum banyak peternak ayam joper sehingga Bantul belum dapat memenuhi permintaan pasar.

"DOC kita kurang, telurnya kita kesulitan, belum bisa memenuhi permintaan konsumen. Dari luar Yogya mau mengembangbiakan, sini juga banyak, akhirnya kurang," ungkapnya.

Menurutnya kendala utama adalah harga pakan yang tidak stabil sehingga menyulitkan peternak. Kendati begitu, pihaknya terus berupaya untuk menggerakkan para peternak agar mau mengembangbiakkan ayam joper ini.

Upaya yang dilakukan adalah memberikan pelatihan-pelatihan cara beternak ayam joper. Tahun ini, DKPP telah melaksanakan sekitar 50 bidang peternakan untuk menggerakkan petani dan peternak, yang tersebar di seluruh kapanewon di Bantul.

"Kita itu setiap tahun ada puluhan pelatihan ayam joper untuk ibu atau kalangan muda. Sekitar 50 pelatihan, tersebar di seluruh kapanewon, kita yang adakan atau berdasarkan permintaan dari masyarakat," kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement