Kamis 05 Oct 2023 10:51 WIB

Jangkau Medan Sulit, Pemadaman Kebakaran Gunung Lawu Gunakan Water Bombing

Kebakaran meluas, dari Ngawi Jatim merembet ke bagian Karanganyar.

Rep: Muhammad Noor Alfian/ Red: Yusuf Assidiq
Tim Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menggunakan helikopter water bombing untuk memadamkan kebakaran di kawasan Gunung Lawu yang terbakar.
Foto: ANTARA FOTO/Siswowidodo
Tim Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menggunakan helikopter water bombing untuk memadamkan kebakaran di kawasan Gunung Lawu yang terbakar.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Water bombing digunakan untuk meredam titik api pada kebakaran Gunung Lawu di wilayah Kabupaten Karanganyar. Namun hal tersebut masih menunggu administrasi yang masih dalam proses.

Pj Gubernur Jateng Nana Sudjana mengatakan kendala medan yang berat dan curam di Gunung Lawu menjadi salah satu pertimbangan dilakukan pemadaman menggunakan helikopter water bombing.

"Kabupaten Karanganyar sudah tanggap darurat. Kami dari provinsi sudah koordinasikan dari awal. Kebakaran mulai meluas, dari Ngawi Jatim merembet ke gunung bagian Karanganyar. Kami koordinasi terus dengan BNPB minta water bombing. Hari ini mulai water bombing di wilayah Karanganyar," kata Nana.

Sementara itu, Kalahar BPBD Jateng, Bergas Catursasi mengatakan, pihaknya menjalin koordinasi dengan Pemprov Jatim. "Kebakaran Lawu kita sama Jatim mengajukan permohonan bantuan helikopter water bombing. Berproses ya, sekiranya sudah clear ya water bombing akan dilaksanakan. Helikopternya sama dengan yang digunakan di Ngawi Jatim, karena bergantian antara Ngawi dan Karanganyar," katanya.

"Ini sedang diproses kita kalau di Jawa Tengah kan sifatnya siaga. nanti di Karanganyar tanggap darurat tapi masih proses untuk bisa dilakukan water bombing itu, secara teknis sudah clear tinggal administratif saja," katanya menambahkan.

Menurut Bergas, penetapan status tanggap darurat dilakukan sebagai upaya mengingat medan yang curam sehingga kesulitan untuk memadamkan dari jalur darat. Namun untuk pelaksanaannya akan tergantung kesiapan tim dan daerah.

"Ya masih terjadi titik api masih ada karena berada di lokasi curam, bukan karena tidak memungkinkan tapi karena berisiko juga yang paling mungkin kan curam. Jadi hanya dipantau dia lari kemana diisolasi dari jalur darat ya kalau tidak memungkinkan ya harus dilakukan dengan cara lain salah satunya dengan water bombing," ujar dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement