Kamis 05 Oct 2023 20:23 WIB

Inisiatif Calon Pengantin Periksa Kesehatan Masih Rendah, Potensi Lahirkan Bayi Stunting

Kesiapan calon pengantin sebelum hamil berperan penting dalam mencegah stunting.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Friska Yolandha
Salah satu pasangan mengikuti sidang isbat nikah massal yang digelar secara virtual di Aula Kecamatan Pinang, Kota Tangerang, Banten, Jumat (29/1/2021). Sidang isbat nikah massal yang diinisiasi oleh Pemerintah Kota Tangerang tersebut diikuti sebanyak 200 pasangan suami istri yang sudah menikah menurut agama tetapi belum dinyatakan sah menurut negara dan memiliki kekuatan hukum.
Foto: ANTARA/Fauzan
Salah satu pasangan mengikuti sidang isbat nikah massal yang digelar secara virtual di Aula Kecamatan Pinang, Kota Tangerang, Banten, Jumat (29/1/2021). Sidang isbat nikah massal yang diinisiasi oleh Pemerintah Kota Tangerang tersebut diikuti sebanyak 200 pasangan suami istri yang sudah menikah menurut agama tetapi belum dinyatakan sah menurut negara dan memiliki kekuatan hukum.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengeluhkan masih rendahnya jumlah calon pengantin yang memeriksakan kesehatannya serta mengisi aplikasi Elektronik Siap Nikah & Siap Hamil (Elsimil) masih rendah. Padahal kata Hasto, kesiapan calon pengantin sebelum hamil berperan penting dalam mencegah lahirnya bayi stunting baru.

Hasto yang merupakan Ketua Pelaksana Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) ini menyebut angka calon pasangan usia subur (PUS) yang memeriksakan kesehatannya pada 2023 turun dibandingkan 2022 lalu.

Baca Juga

"Untuk tahun 2022 dibanding 2023 sekarang yang paling berat kelihatannya, mohon izin dari Kantor Kemenag kita mohon dukungan, calon pus dan catin (calon pengantin) yang bersedia periksa kesehatan sebelum nikah itu masih berat, kami mohon dukungan dari bapak/ibu sekalian," ujar Hasto.

Dia menyampaikan, sekitar 16 persen calon PUS yang memeriksakan kesehatannya dan yang mengisi Elsimil sebanyak 34,1 persen. Hasto menyampaikan, rata-rata sebanyak 1,9 juta pasangan yang menikah per tahunnya dan 1,6 juta yang hamil.

Dari jumlah tersebut, sekitar 320 ribu yang berpotensi melahirkan bayi stunting. "Dengan kata lain, kalau kita mampu mengadang mereka yang 1,9 juta yang nikah itu harus tidak anemia, harus tidak kurus badannya, insya Allah yang 320 ribu stunting per tahun itu bisa dihilangkan. Sehingga tidak ada stunting yang baru dari orang yang nikah baru," ujarnya.

Hasto juga menyoroti budaya orang Indonesia yang terburu-buru memiliki anak di tahun pertama menikah, tanpa kesiapan kesehatan yang mencukupi. Hal ini menurut Hasto memiliki risiko jika calon ibu tidak dalam kondisi kesehatan yang cukup.

"Di Indonesia itu kalau orang nikah itu berlomba-lomba hamil, bahkan 80 persen hamil di tahun pertama," ujarnya.

Data pelatihan BKKBN dari 163.675 data pada 2023 mmenunjukkan, calon ibu yang usianya kurang dari 20 tahun masih 13,2 persen dan termasuk yang terlalu risiko. Begitu juga calon ibu di atas 35 tahun juga memiliki atau kehamilan risiko tinggi.

"Yang terlalu lingkar lengannya kurang atau kita sebut kekurangan kalori protein dan kurus ini kalo hamil dia anaknya stunting, ini 21,2 persen, sebelum hamil hal seperti ini ditreatment dulu, yang anemia juga lumayan, yang HB-nya kurang dari 12 persen, anemia ringan 16 persen, anemia sedang 5,9 persen, sehingga masih hampir 20,2 persen yang anemia," ujarnya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement