REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) berencana menggelar Piala Dunia 2030 di tiga benua berbeda, benua Afrika, Eropa, dan Amerika. Selain dihelat di Maroko, Spanyol, dan Portugal, sebagai tuan rumah, sejumlah pertandingan pembuka Piala Dunia 2030 juga akan digelar di Uruguay, Argentina, dan Paraguay.
Rencana ini diungkapkan FIFA dalam sebuah pernyataan resmi pada tengah pekan ini. Rencana itu termasuk dalam perayaan satu abad kompetisi sepak bola paling bergengsi sejagat tersebut. Piala Dunia diketahui pertama kali digelar di Uruguay pada 1930 silam.
Kendati begitu, rencana ini mendapatkan kritik pedas dari pelatih timnas Inggris, Gareth Southgate. Pelatih yang mengantarkan Inggris ke babak semifinal Piala Dunia 2018 itu menilai, rencana menggelar Piala Dunia 2030 di tiga benua berbeda akan berimbas buruk pada integritas dan aspek keadilan buat para kontestan dalam turnamen tersebut.
Sejumlah peserta Piala Dunia 2030, ujar Southgate, akan dirugikan dengan rencana tersebut. Tim-tim tertentu, seperti Argentina, Uruguay, dan Paraguay, tentu akan lebih diuntungkan lantaran bakal tampil sebagai tuan rumah. Di sisi berbeda, tim-tim lain harus bepergian dengan jarak yang begitu jauh.
''Saya bukan pendukung rencana tersebut. Perhatian terbesar saya ada di integritas kompetisi itu. Menghadapi Argentina di Buenos Aires bukanlah ide bagus. Anda mungkin bisa menghadapi mereka di Buenos Aires, tapi kemudian harus kembali pulang. Ada perbedaan yang besar menghadapi Argentina di Buenos Aires dengan menghadapi Argentina di Casablanca (salah satu kota di Maroko),'' kata Southgate seperti dilansir The Guardian, Jumat (6/10/2023).
Tidak hanya itu, Southgate juga menyoroti soal kelelahan yang berpotensi dialami oleh sejumlah tim kontestan Piala Dunia 2030. Southgate menilai, penyelenggaraan Piala Eropa 2020, yang dihelat di berbagai negara Eropa, tidak bisa menjadi rujukan. Pasalnya, jarak antara negara Eropa terbilang cukup dekat.
''Saya masih belum bisa memahami alasan munculnya ide tersebut. Tiga pertandingan akan digelar di Amerika Selatan, kemudian tim-tim tersebut kembali ke Eropa untuk melanjutkan kompetisi. Mereka harus bepergian begitu jauh dari satu sisi dunia ke sisi yang lain, melintasi zona waktu berbeda, kemudian kembali melanjutkan kompetisi. Belum lagi soal keuntungan menjadi tuan rumah,'' jelas mantan pelatih Middlesbrough tersebut.