REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Polisi Thailand menangkap empat pria yang dicurigai menjual senjata api modifikasi secara ilegal pada Kamis (5/10/2023). Mereka diduga menjual senjata kepada remaja yang melakukan penembakan massal di sebuah mal mewah di Bangkok pekan ini.
Dua dari empat orang ditangkap di ibu kota Thailand dan dua di provinsi selatan Yala. Mereka dicurigai menjual senjata api kosong yang telah dimodifikasi kepada remaja berusia 14 tahun yang telah didakwa melakukan pembunuhan berencana dan kepemilikan senjata api secara ilegal.
“Ada juga peralatan streaming langsung,” kata pejabat polisi Samran Nuanma kepada wartawan di luar rumah salah satu tersangka.
Samran mencurigai penjualan tersebut terjadi di media sosial. Orang-orang tersebut juga memiliki senjata api ilegal, alat untuk memodifikasi pistol, dan narkotika.
Penembakan massal jarang terjadi di Thailand, tetapi kekerasan senjata dan kepemilikan senjata adalah hal biasa. Aturan kepemilikan sangat ketat, hanya saja senjata api dapat dimodifikasi dan diperoleh secara ilegal, banyak yang diselundupkan dari luar negeri.
Pemerintah juga mulai menutup celah hukum terkait penjualan daring dalam upaya mengendalikan penyebaran senjata. “Kementerian digital akan menutup situs-situs yang menjual senjata kosong,” kata Wakil Menteri Luar Negeri Thailand Jakkapong Sangmanee mengatakan pada pengarahan terpisah.
Wakil juru bicara pemerintah Karom Phonphonklang mengatakan, pemerintah berencana melarang impor senjata kosong, senjata BB, dan senjata api tiruan. Pemerintah juga akan berhenti mengeluarkan izin tambahan untuk impor senjata dan izin kepemilikan.
Kekerasan yang membunuh dua orang asing itu terjadi tiga hari setelah peringatan pertama kematian 35 orang, termasuk 22 anak-anak di taman kanak-kanak di kota timur laut Thailand. Peristiwa ini merupakan serangan senjata dan pisau yang dilakukan oleh seorang mantan polisi yang kemudian menembak dirinya sendiri hingga tewas.
Pada 2020, seorang tentara menembak dan membunuh sedikitnya 29 orang dan melukai 57 orang. Pelaku melakukan penyerangan di empat lokasi di sekitar kota Nakhon Ratchasima di timur laut.