REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Negara-negara berkembang menghadapi hambatan dari semua sisi, dengan aksi jual baru-baru ini pada obligasi AS dan melambatnya perekonomian China. Ini menambah ketidakpastian sementara Federal Reserve mungkin belum mencapai akhir dari siklus kenaikan suku bunganya.
Upaya restrukturisasi bagi negara-negara yang gagal bayar dapat mencapai sebuah terobosan sebelum akhir tahun seiring dengan berlanjutnya perundingan. Sementara keuangan negara-negara, seperti Pakistan dan Mesir juga akan diawasi dengan cermat ketika para pembuat kebijakan dan manajer aset berkumpul untuk pertemuan tahunan Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional di Marrakesh minggu depan.
“Latar belakang eksternal tetap menjadi tantangan bagi negara-negara emerging market dan negara-negara terdepan dan hal ini berada di luar kendali mereka,” kata Joseph Cuthbertson, analis senior pemerintah di PineBridge Investments.
"Hal ini sangat bergantung pada kecepatan dan waktu dari poros Fed," ujarnya.
Berikut adalah tema-tema utama pasar negara berkembang yang perlu diikuti di Marrakesh.
Investasi China yang didorong oleh utang di bidang infrastruktur dan properti telah mencapai puncaknya dan ekspor melambat sejalan dengan perekonomian global.
Bagaimana perlambatan ekonomi senilai 13 triliun dolar AS akan berdampak pada negara-negara berkembang lainnya masih menjadi pertanyaan yang belum terjawab bagi investor.
“Pertumbuhan China yang lebih rendah dan berkepanjangan membentuk rezim investasi baru,” kata kepala pasar negara berkembang Amundi Yerlan Syzdykov kepada Reuters.
Permintaan komoditas akan terpukul karena negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia ini menghabiskan lebih sedikit uang untuk barang dan jasa.
Bank Dunia memangkas perkiraan pertumbuhan China pada 2024 menjadi 4,4 persen dari 4,8 persen.