Jumat 06 Oct 2023 18:45 WIB

Aktivis Iran Raih Nobel Perdamaian 2023

Aktivis Iran ini aktif mengkampanyekan hak-hak perempuan dan penghapusan hukuman mati

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Patung Alfred Nobel dipajang di Institut Karolinska di Stockholm. Narges Mohammadi, aktivis Iran, memenangkan Nobel Perdamaian 2023.
Foto: Henrik Montgomery/TT News Agency via AP
Patung Alfred Nobel dipajang di Institut Karolinska di Stockholm. Narges Mohammadi, aktivis Iran, memenangkan Nobel Perdamaian 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, OSLO -- Narges Mohammadi, seorang pembela hak-hak perempuan Iran yang menjalani hukuman 12 tahun penjara, memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian 2023 yang diumumkan pada Jumat (6/10/2023). Keputusan ini kemungkinan besar akan membuat marah Teheran.

Komite pembuat penghargaan mendesak Iran untuk membebaskan Mohammadi. Dia adalah salah satu aktivis terkemuka Iran yang berkampanye untuk hak-hak perempuan dan penghapusan hukuman mati.

Baca Juga

Ketua Komite Nobel Norwegia, Berit Reiss-Andersen menyebut Mohammadi sebagai pejuang kemerdekaan. Reiss-Andersen memulai pidatonya dengan mengucapkan sebuah kalimat dalam bahasa Farsi yaitu "untuk perempuan, kehidupan, kebebasan". Kalimat ini adalah salah satu slogan protes terhadap pemerintah Iran. 

“Komite Nobel Norwegia telah memutuskan untuk memberikan Hadiah Nobel Perdamaian 2023 kepada Narges Mohammadi atas perjuangannya melawan penindasan terhadap perempuan di Iran dan perjuangannya untuk mempromosikan hak asasi manusia dan kebebasan untuk semua,” kata Reiss-Andersen.

Reiss-Andersen mengatakan, penghargaan ini juga mengakui ratusan ribu orang yang telah berdemonstrasi menentang diskriminasi dan penindasan terhadap perempuan di Iran. “Hanya dengan merangkul persamaan hak bagi semua orang, dunia dapat mencapai persaudaraan antar negara yang ingin dipromosikan oleh (pendiri penghargaan) Alfred Nobel,” kata Reiss-Andersen.

Mohammadi saat ini menjalani hukuman 12 tahun penjara di Penjara Evin, Iran. Dia ditahan atas tuduhan menyebarkan propaganda melawan negara. Mohammadi adalah wakil kepala Pusat Pembela Hak Asasi Manusia, sebuah organisasi non-pemerintah yang dipimpin oleh Shirin Ebadi, penerima Hadiah Nobel Perdamaian tahun 2003.

Mohammadi adalah wanita ke-19 yang memenangkan penghargaan Nobel. Dia menjadi perempuan pertama sejak Maria Ressa dari Filipina memenangkan Hadiah Nobel pada 2021 bersama dengan Dmitry Muratov dari Rusia.

“Penghargaan ini pertama-tama merupakan pengakuan atas kerja yang sangat penting dari seluruh gerakan di Iran, dengan pemimpinnya yang tak terbantahkan, Narges Mohammadi,” kata Reiss-Andersen.

“Jika pihak berwenang Iran membuat keputusan yang tepat, mereka akan membebaskannya sehingga dia dapat hadir untuk menerima kehormatan ini (pada Desember), yang merupakan harapan utama kami," ujar Reiss-Andersen.

Hadiah Nobel Perdamaian akan diserahkan di Oslo pada 10 Desember, bertepatan dengan hari kematian industrialis Swedia Alfred Nobel, yang mendirikan penghargaan tersebut dalam surat wasiatnya pada 1895. Para pemenang Nobel akan menerima hadiah uang tunai sebesar 11 juta kronor Swedia atau sekitar 1 juta dolar AS.  Pemenang juga menerima medali emas 18 karat. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement