Sabtu 07 Oct 2023 04:18 WIB

Komunitas Anak Muda Samarinda Berkumpul Buat Gerakan Alternatif

Menghadapi momen 2024, anak muda hsrus menggalang kekuatan kolaboratif.

Red: Erik Purnama Putra
Sejumlah komunitas anak muda di Samarinda, Kalimantan Timur, berkumpul membahas situasi politik terkini.
Foto: Republika.co.id
Sejumlah komunitas anak muda di Samarinda, Kalimantan Timur, berkumpul membahas situasi politik terkini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah komunitas anak muda di Samarinda, Kalimantan Timurl berkumpul dan membahas situasi politik nasional secara kritis pada pertengahan pekan ini. Mereka menyoroti persoalan pragmatisme di kalangan pemuda dalam berpolitik. 

Founder Forum Milenial Nusantara, Husain Firdaus, menyatakan dukungannya terhadap gagasan gerakan politik alternatif. Hal itu mengingat wilayah utama politik telah didominasi oleh pragmatisme apatisme di satu sisi dan di sisi lain oligarkisme dan politik dinasti. 

Husain menilai, antara lain gagasan capres alternatif yang digerakkan sejumlah komunitas kepemudaan di sejumlah daerah merupakan sebuah gagasan rasional. Wacana capres alternatif merupakan respon cerdas dan sikap kritis anak-anak muda untuk menantang gejala elitisme dan kesenjangan politik yang semakin menguat di berbagai lini.

Menurut Husain, menguatnya apatisme di satu sisi dan politik dinasti dan oligarki di sisi lain menjadi tantangan tersendiri yang harus dihadapi aktivis anak muda saat ini. "Bagi anak-anak muda hari ini Pemilu 2024 menjadi momen penting mengubah budaya politik pragmatisme dan apatisme di kalangan anak muda," katanya dalam siaran pers di Jakarta, Jumat (6/10/2023).

Selain itu, kata dia, menghadapi momentum politik 2024, anak muda juga harus dapat menggalang kekuatan kolaboratif untuk merespon secara cerdas oligarkisme dan dinasti politik yang semakin mengkhawatirkan. Menurut Husain, elitisme, politik dinasti, dan oligarkisme cenderung menutup kesempatan dan ruang anak muda secara umum untuk bersama-sama memajukan negara dan bangsa. 

"Padahal negara ini kan milik anak bangsa, bukan negara 'anak mantu' dan juga bukan negara milik sekelompok orang tertentu," kata Husain.

Pertemuan komunitas anak muda Samarinda yang digagas Forum Milenial Nusantara tersebut mendukung gagasan desain politik alternatif sebagai sebuah gerakan moral dan gerakan kritis terhadap situasi politik nasional secara umum. Dukungan terkait pimpinan alternatif sejak awal harus terus digaungkan.

"Menurut kami, bacapres yang ada sesungguhnya belum ada yang mampu merangkul dan menyentuh isu-isu penting anak muda, seperti isu pendidikan, isu sosial budaya, isu lapangan kerja, isu lingkungan hidup dan berbagai isu lainnya," kata Husain. 

Padahal, sambung dia, sebagai pemilik demografi terbesar dalam pemilu suara anak-anak muda sangat signifikan pengaruhnya. "Anak muda juga jangan mau hanya dijadikan alat atau display pelengkap untuk kepentingan sempit para politisi," tutur Husain.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement