Sabtu 07 Oct 2023 15:53 WIB

Warga Gaza Mengungsi Setelah Hamas Tembakkan 5000 Roket ke Israel

Mereka mengungsi dan menyelamatkan diri setelah rentetan roket ditembakkan Hamas

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Pemimpin sayap militer Hamas, Mohammed Deif mengatakan, 5.000 roket telah ditembakkan ke Israel pada Sabtu (7/10/2023) pagi untuk memulai Operasi Badai Al-Aqsa.
Foto: AP
Pemimpin sayap militer Hamas, Mohammed Deif mengatakan, 5.000 roket telah ditembakkan ke Israel pada Sabtu (7/10/2023) pagi untuk memulai Operasi Badai Al-Aqsa.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Ratusan warga di Jalur Gaza meninggalkan rumah mereka untuk menjauh dari perbatasan dengan Israel. Mereka mengungsi dan menyelamatkan diri setelah rentetan roket ditembakkan dari daerah kantong pantai tersebut ke Israel.

Dilansir Aljazirah, Sabtu (7/10/2023), sekelompok pria, wanita dan anak-anak terlihat membawa selimut dan makanan ketika meninggalkan rumah mereka. Sebagian besar mereka yang menyelamatkan diri tinggal di bagian timur laut wilayah Palestina.

Baca Juga

Hamas melancarkan operasi militer baru terhadap Israel. Dalam pernyataan publik yang jarang terjadi, pemimpin sayap militer Hamas, Mohammed Deif mengatakan, 5.000 roket telah ditembakkan ke Israel pada Sabtu (7/10/2023) pagi untuk memulai Operasi Badai Al-Aqsa.

“Kami memutuskan untuk mengatakan cukup sudah,” kata Deif, sembari mendesak semua warga Palestina untuk menghadapi Israel.

Deif, yang selamat dari berbagai upaya pembunuhan Israel, tidak muncul di depan umum. Pesannya disampaikan dalam sebuah rekaman.

Militan Palestina di Jalur Gaza pada Sabtu melakukan infiltrasi yang belum pernah terjadi sebelumnya ke Israel selatan. Hal ini mendorong Israel memerintahkan penduduk di seluruh wilayah tersebut untuk tetap berada di dalam rumah. Infiltrasi terjadi ketika militan menembakkan puluhan roket ke Israel.

Militer Israel mengatakan, sejumlah teroris telah menyusup ke wilayah Israel. Pihaknya tidak memberikan rincian lebih lanjut. Namun video amatir yang diunggah di media sosial menunjukkan orang-orang bersenjata berseragam di dalam kota perbatasan Israel, Sderot.  Suara tembakan terdengar dalam video tersebut.

Penyusupan tersebut terjadi ketika para militan di Jalur Gaza meluncurkan puluhan roket ke arah Israel pada Sabtu pagi, yang memicu sirene serangan udara di seluruh negeri dan meningkatkan kemungkinan terjadinya babak baru pertempuran sengit. Suara roket yang meluncur di udara terdengar di Gaza dan sirene meraung hingga Tel Aviv dalam serangan dini hari yang berlangsung lebih dari 30 menit.  Badan penyelamat Israel, Magen David Adom mengatakan, seorang wanita berusia 70 tahun terluka parah ketika sebuah roket menghantam sebuah bangunan di Israel selatan. Di tempat lain, seorang pria berusia 20 tahun terluka ringan akibat pecahan roket.

Ketika serangan roket berlanjut di seluruh Israel selatan dan tengah, jutaan warga Israel diinstruksikan untuk tinggal di dekat tempat perlindungan bom di rumah dan gedung apartemen mereka.  Tentara mengatakan, penduduk di sekitar Gaza harus tetap tinggal di rumah mereka.

Media Palestina di Gaza melaporkan kemungkinan upaya militan untuk menyusup ke Israel, namun tidak ada rincian lebih lanjut yang diketahui. Tidak ada tanggapan segera dari Israel atas serangan ini. Namun militer Israel biasanya melancarkan serangan udara sebagai respons terhadap tembakan roket, sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya pertempuran yang lebih luas.

Kendati belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas serangan roket, Israel biasanya menganggap kelompok militan Hamas bertanggung jawab atas setiap kebakaran yang berasal dari wilayah tersebut. Serangan berlangsung setelah berminggu-minggu ketegangan meningkat di sepanjang perbatasan Israel dengan Gaza, dan pertempuran sengit di Tepi Barat.

Israel telah mempertahankan blokade atas Gaza sejak Hamas menguasai wilayah tersebut pada 2007. Mereka telah berperang empat kali sejak saat itu.

Blokade yang membatasi pergerakan orang dan barang di Gaza telah menghancurkan perekonomian wilayah tersebut.  Israel mengatakan, blokade diperlukan untuk mencegah kelompok militan membangun persenjataan mereka. Sementara Palestina mengatakan, penutupan itu sama saja dengan hukuman kolektif.

Tembakan roket terjadi selama periode pertempuran sengit di Tepi Barat, dengan hampir 200 warga Palestina tewas dalam serangan militer Israel tahun ini.  Israel mengatakan, penggerebekan tersebut ditujukan pada kelompok militan. Namun pengunjuk rasa yang melemparkan batu dan orang-orang yang tidak terlibat dalam kekerasan juga telah terbunuh.  Serangan Palestina terhadap sasaran Israel telah menewaskan lebih dari 30 orang.

Ketegangan juga menyebar ke Gaza, tempat para aktivis yang terkait dengan Hamas mengadakan demonstrasi yang disertai kekerasan di sepanjang perbatasan Israel dalam beberapa pekan terakhir.  Demonstrasi tersebut dihentikan pada akhir September setelah mediasi internasional.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement