Ahad 08 Oct 2023 05:54 WIB

Kebakaran di Jakarta Meningkat, Dipicu Bakar Sampah dan Puntung Rokok

Sebanyak 556 kasus kebakaran di DKI terjadi sepanjang Agustus-September 2023.

Rep: Eva Rianti/ Red: Erik Purnama Putra
Warga membantu petugas Dinas Gulkarmat DKI saat memadamkan api di Jalan Anyer Nomor 15, RT 06, RW 09, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (29/9/2023).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Warga membantu petugas Dinas Gulkarmat DKI saat memadamkan api di Jalan Anyer Nomor 15, RT 06, RW 09, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (29/9/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta menyampaikan adanya tren peningkatan kebakaran yang disebabkan oleh pembakaran sampah dan puntung rokok. Tren kebakaran itu terjadi sejalan dengan berlangsungnya Fenomena El Nino.

 

Kepala Dinas Gulkarmat DKI, Satriadi Gunawan mencatat, sebanyak 556 kasus kebakaran terjadi sepanjang Agustus-September 2023 atau selama berlangsungnya fenomena El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) positif. Gulkarmat DKI mencatat, ada beberapa faktor dugaan penyebab terjadinya ratusan kebakaran pada musim ekstrem tersebut.

 

Di antaranya, karena listrik sebanyak 225 kasus, membakar sampah 143 kasus, rokok 53 kasus, gas 32 kasus, dan lainnya 100 kasus. Satriadi menyoroti tren pada faktor pembakaran sampah dan rokok yang mengalami peningkatan.

 

"Penggunaan listrik masih menjadi faktor terbesar penyebab terjadinya kebakaran di DKI Jakarta. Namun, tren faktor membakar sampah dan rokok juga mengalami kenaikan dibandingkan periode sebelumnya disebabkan  kegiatan pembakaran terus meningkat di musim kemarau ekstrem 2023," kata Satriadi dalam keterangan tertulis di Jakarta, dikutip Ahad (8/10/2023).

Satriadi menerangkan, selama periode Juli 2023, tercatat ada 25 kasus kebakaran yang disebabkan membakar sampah. Kemudian meningkat menjadi 64 kejadian pada Agustus dan pada September naik menjadi 79 kasus.

Adanya kenaikan jumlah kasus kebakaran yang disebabkan oleh kegiatan membakar sampah ataupun puntung rokok, lanjut Satriadi, karena pada musim kemarau ekstrem banyak material kering mudah terbakar. Seperti material kertas, karton, plastik, dan material organik.

"Saat sampah dibakar, kertas dan karton cepat menghasilkan api yang besar, ditambah kondisi angin kencang yang berpotensi merambat ke permukiman penduduk," terang Satriadi.

Menurut dia, musim kemarau juga berdampak berkurangnya sumber air untuk proses pemadaman api di lokasi kebakaran. "Oleh karena itu, Dinas Gulkarmat DKI Jakarta mengimbau masyarakat tidak membakar sampah di situasi kemarau ekstrem ini," ujar Satriadi.

Dia menyebut, jajarannya telah membentuk Satuan Tugas (Satgas) Gulkarmat di tingkat kelurahan. Satgas itu bertugas melakukan pemberdayaan masyarakat dalam upaya pencegahan kebakaran. Satriadi menganggap, partisipasi dan peran aktif masyarakat sangat dibutuhkan untuk bersama mencegah terjadinya kebakaran.

"Apabila terjadi kebakaran, masyarakat segera melapor dengan menghubungi layanan Jakarta Siaga 112 yang dapat diakses 24 jam dan gratis atau mendatangi pos pemadam kebakaran terdekat," kata Satriadi.

Ada ratusan kasus kebakaran...

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement