Ahad 08 Oct 2023 15:30 WIB

Neo-Nazi Rusak Masjid di Jerman

Masjid di Jerman dirusak Neo Nazi.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Muhammad Hafil
Aksi vandalisme swastika di dinding Masjid Baitul Hadi, Edmonton, Kanada.
Foto: cba.ca
Aksi vandalisme swastika di dinding Masjid Baitul Hadi, Edmonton, Kanada.

REPUBLIKA.CO.ID,BERLIN -- Jerman mengalami peningkatan kejahatan Islamofobia, termasuk penyerangan terhadap masjid, kasus kekerasan fisik, dan peredaran pesan ancaman terhadap umat Islam.

Dilansir di TRT World, dalam serangkaian serangan terbaru yang menargetkan komunitas muslim Jerman, ekstremis neo-Nazi menyerang sebuah masjid di kota Siegburg, Jerman barat.

Baca Juga

Saksi melihat para penyerang mula-mula melemparkan batu ke arah masjid dan kemudian memasuki kompleks sekitar pukul 23.10 waktu setempat (21.10 GMT), menghancurkan pintu dan jendela. Mereka juga meninggalkan brosur kelompok neo-Nazi, Letzte Rettung Germania, sebelum melarikan diri.

Kelompok muslim Turki DITIB, yang mengelola Masjid Siegburg, mengutuk serangan itu, dan menyerukan perlindungan yang lebih kuat terhadap tempat-tempat ibadah.

Jerman menghadapi peningkatan rasisme dan kekerasan anti-Muslim dalam beberapa tahun terakhir, yang dipicu oleh propaganda partai dan gerakan politik sayap kanan.

Pada paruh pertama tahun 2023, polisi mencatat 258 kejahatan Islamofobia, termasuk penyerangan terhadap masjid, kasus penganiayaan fisik, dan surat ancaman.

Sebagai negara berpenduduk lebih dari 84 juta jiwa, Jerman memiliki populasi Muslim terbesar kedua di Eropa Barat setelah Prancis. Menurut angka resmi Jerman adalah rumah bagi lebih dari 5 juta Muslim.

Sebelumnya sebuah masjid di barat laut Jerman dirusak oleh pendukung organisasi teror PKK.

Polisi setempat di Bad Bentheim meminta para saksi dan meminta siapa pun yang memiliki informasi untuk maju dan membantu penyelidikan atas insiden tersebut.

Para penyerang menulis berbagai slogan di dinding masjid Bad Bentheim, yang dijalankan oleh asosiasi Persatuan Urusan Agama Islam-Turki (DITIB). Hakki Gumuskusak, ketua asosiasi masjid, mengutuk serangan itu dan meminta pihak berwenang Jerman untuk mengambil tindakan keamanan yang diperlukan.

“Kami tidak akan membiarkan para pelaku ini merusak perdamaian dan keamanan di kota kami. Kami berharap kejadian ini bisa diselesaikan secepatnya oleh pihak berwajib,” ujar dia.

Dalam beberapa tahun terakhir, banyak masjid menjadi sasaran para pengikut organisasi teror PKK. Namun, hanya sedikit insiden yang berhasil menangkap dan mengadili para pelaku, sehingga keadilan dapat ditegakkan.

PKK, yang diklasifikasikan sebagai organisasi teroris “etno-nasionalis” oleh lembaga penegak hukum Uni Eropa, Europol, telah dilarang di Jerman sejak tahun 1993. Namun, kelompok ini masih aktif di negara tersebut, dengan hampir 14.500 simpatisan.

Turki telah lama mendesak sekutu NATO-nya, Jerman, untuk mengambil tindakan lebih keras terhadap PKK, dengan menekankan bahwa kelompok teroris tersebut memanfaatkan negara tersebut sebagai platform untuk perekrutan, propaganda, dan kegiatan penggalangan dana.

Dalam lebih dari 35 tahun kampanye terornya melawan Turki, PKK bertanggung jawab atas kematian sekitar 40 ribu orang.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement