REPUBLIKA.CO.ID,RIYADH -- Organisasi internasional blok negara-negara Muslim terbesar di dunia mengutuk apa yang mereka sebut sebagai “agresi militer Israel”. Hal ini disampaikan di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militan Palestina, Hamas.
Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), yang bermarkas di Saudi, mengatakan mereka merasa sangat prihatin dengan perkembangan di lapangan, serta eskalasi berbahaya Israel di wilayah pendudukan Palestina.
"Kami mengutuk agresi militer Israel, yang menyebabkan jatuhnya ratusan martir dan terluka di antara rakyat Palestina," ujar kelompok beranggotakan 57 negara itu, dikutip di AP News, Senin (9/10/2023).
Babak baru kekerasan yang terjadi dalam dua hari terakhir ini dimulai dengan serangan mendadak yang belum pernah terjadi sebelumnya. Militan Hamas dilaporkan menyerbu Israel, menewaskan ratusan orang dan membawa tawanan kembali ke Gaza.
Israel membalasnya dengan mengerahkan pasukan ke wilayah perbatasan dan melancarkan serangan udara melintasi wilayah yang diblokade. Para pejabat Palestina mengatakan lebih dari 300 warga Gaza telah terbunuh.
Di kota Rafah di Gaza selatan, warga mendengar ledakan keras pada Ahad (8/10/2023) kemarin. Tampaknya hal ini berasal dari serangan udara Israel yang mengenai sasaran di dekat perbatasan dengan Mesir.
Hingga berita ini dibuat, belum jelas apa yang menjadi sasaran dari tembakan tersebut. Namun, beberapa warga mengatakan sebuah rumah di kawasan itu telah dievakuasi.
Israel juga dilaporkan melancarkan puluhan serangan udara di Rafah sejak Sabtu (7/10/2023) malam. Salah satu serangan menghantam tiga rumah di salah satu kamp pengungsi paling ramai, Shaboura, menewaskan 19 anggota keluarga yang sama, menurut seorang anggota keluarga yang mengunggah nama mereka di media sosialnya.
Anggota keluarga dan tetangga yang selamat memenuhi Masjid al-Farouk. Mereka mengadakan shalat jenazah, sementara jenazah mereka yang terbunuh terbungkus kain kafan putih berjajar di lantai. Kerumunan kemudian berbaris ke pemakaman terdekat untuk dimakamkan, dengan beberapa membawa jenazah.
Ahad kemarin, pengeras suara dari masjid-masjid dan mobil-mobil yang bergerak di Rafah bergantian menyuarakan belasungkawa dan pujian bagi para pejuang Hamas. Mereka diyakini merupakan penduduk asli Rafah, yang terbunuh dalam serangan terhadap Israel.
Di sisi lain, Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan Kabinet Keamanannya telah menyatakan negara tersebut dalam keadaan perang, menyusul serangan mematikan Hamas di Israel selatan.
Dalam sebuah pernyataan, ia menyebut keputusan tersebut secara resmi seolah mengizinkan pengambilan langkah militer yang signifikan.
Namun tidak ada rincian lebih lanjut. Meski begitu Netanyahu sebelumnya telah menyatakan negaranya dalam keadaan perang, serta pihak militer berjanji akan memberikan tanggapan keras di Gaza.
Media Israel mengatakan sedikitnya 600 orang tewas dalam serangan mendadak lintas perbatasan yang dilakukan militan Hamas dari Jalur Gaza.