REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Tim Profesor Penggerak Pembangunan Masyarakat (P3M) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) sukses membantu pertanian di Subak Bengkel, Tabanan, Bali. Hal ini dibuktikan melalui panen perdana beras organik yang mampu menghasilkan 9 hingga 12,5 ton per hektare di lahan yang diproses dengan sistem organik.
Ketua tim UMM, Prof Indah Prihartini menjelaskan, pengerjaan proyek dan demplot tersebut berada di sembilan titik yang luasnya 6,5 hektare ditambah dengan 1,6 hektare. "Ada dua tipe beras yang dihasilkan," katanya.
Tipe pertama, yakni beras sehat yang dalam prosesnya ada pengurangan pupuk kimia 50 persen. Jumlah produk pertama yang dihasilkan mencapai 12,5 ton per hektare.
Sementara itu, produk kedua adalah beras yang dihasilkan secara penuh organik. Produk ini mampu dihasilkan sebanyak sembilan ton per hektare.
Angka ini sudah tergolong bagus karena hasil dari penanaman secara organik biasanya menurun pada percobaan pertama dan baru meningkat pada percobaan ketiga atau empat. Sementara itu, di Subak Bengkel ini hasilnya sangat memuaskan dengan sembilan ton per hektare pada penanaman pertama.
Ia mengatakan, UMM tidak hanya mendampingi petani pada proses budidaya saja. Namun juga dari bagaimana petani menghasilkan produk saprodi seperti pupuk padat dan cair organik, pestisida hayati, proses pengolahan tanah, pengelolaan air, dan lain sebagainya.
Menurutnya, hasil baik ini menjadi bukti kerja sama yang apik antara pemerintah kabupaten Tabanan, para petani di Desa Bengkel, dan tenaga ahli dari UMM.
Di sisi lain, Kepala Dinas Pertanian Tabanan, I Made Subagia mengatakan, hasil bagus ini tidak lepas dari proses yang panjang, baik itu proses kelembagaannya, peningkatan sumber daya manusia, dan lainnya.
"Termasuk terkait bimbingan dan dampingan dari dinas pertanian, tim Kampus Putih UMM serta Unesco sehingga beras organik dengan nama Asasta bisa diproduksi dengan baik," jelasnya.
Selain itu, juta didukung dengan adanya tempat pengolahan sampah berbasis reduce, reuse dan recycle (PS3R) yang ada di lokasi. Langkah ini mampu menghasilkan dan memodifikasi pupuk organik secara mandiri yang memiliki kandungan yang sesuai dengan kebutuhan petani.
Hal serupa juga disampaikan Perbekal Desa Bengkel, I Nyoman Wahya Biantara. Pihaknya mengapresiasi bimbingan dan arahan dari UMM terkait pertanian organik di Desa Bengkel.
Menurutnya, hasil yang didapat cukup menggembirakan hingga 9-12,5 ton per hektare. Ia mengaku, ada beberapa kendala dalam prosesnya, terutama terkait perubahan pola dalam menanam dan larangan menggunakan bahan kimia.
Menurut dia, kerja keras semua pihak terbayar lunas dengan hasil yang menggembirakan ini. Selanjutnya, pihaknya bisa terus meningkatkan roda perputaran sirkulasi ekonomi dengan lebih baik lagi.