Senin 09 Oct 2023 10:08 WIB

Rais Aam PBNU Imbau Santri Utamakan Akhlak pada Era Disrupsi

Zaman disrupsi menjadikan sahibul amanah.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Rais Aam PBNU KH. Miftahul Akhyar memberikan sambutan pada acara Pekan Memorial Syekh Nawawi di Hotel Sultan, Jakarta, Selasa (8/2/2022). Pada acara tersebut PBNU meresmikan nama jalan Syekh Nawawi Banten yang berlokasi di Kampung Kebantenan, Cilincing, Jakarta Utara serta meluncurkan buku kompilasi 11 buah kitab karya ulama Nusantara dari abad 17-20 masehi dan mengadakan pameran Sejarah Peradaban dan Turats Ulama Nusantara. Republika/Putra M. Akbar
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Rais Aam PBNU KH. Miftahul Akhyar memberikan sambutan pada acara Pekan Memorial Syekh Nawawi di Hotel Sultan, Jakarta, Selasa (8/2/2022). Pada acara tersebut PBNU meresmikan nama jalan Syekh Nawawi Banten yang berlokasi di Kampung Kebantenan, Cilincing, Jakarta Utara serta meluncurkan buku kompilasi 11 buah kitab karya ulama Nusantara dari abad 17-20 masehi dan mengadakan pameran Sejarah Peradaban dan Turats Ulama Nusantara. Republika/Putra M. Akbar

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Miftachul Akhyar, mengimbau kepada para santri untuk mengedepankan akhlak pada era disrupsi sekarang ini. Karena, menurut dia, era disrupsi dipenuhi dengan kesamaran antara yang haq (benar) dan yang batil. 

Pengasuh Pondok Pesantren Miftachussunah Surabaya ini mengatakan, zaman disrupsi menjadikan sahibul amanah (orang yang bisa dipercaya) justru kalah dengan para pembohong. 

Baca Juga

"Umat Islam, terutama kaum santri, harus bisa mengekang, mengendalikan diri, zaman disrupsi itu dengan mengedepankan akhlak. Akhlak menjadi pijakan kita bermasyarakat di tengah zaman yang terus berubah," kata Kiai Miftach dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id Senin (9/10/2023).

Hal itu disampaikan Kiai Miftach saat membuka "Ngaji Revolusi Mental" yang digelar di Pondok Pesantren Miftachussunnah, Kedungtarukan Surabaya pada Ahad (8/10/2023). Kegiatan Ngaji ini mengangkat sejumlah tema Revolusi Mental terkait nilai-nilai budaya masyarakat Indonesia, seperti gotong royong, etos kerja dan integritas kepribadian.

Sebagai narasumber, Ketua PBNU Prof M Mukri menekankan pentingnya sikap gotong-royong dan menjaga persatuan. Menurut dia, persatuan yang kokoh akan menjadikan bangsa ini tidak mudah tercerai-berai. 

"Islam sangat mementingkan persatuan dan saling menolong, sebagaimana diamanahkan KH Hasyim Asy'ari dalam Qanun Asasi Nahdlatul Ulama dan Risalah Ahlussunnah waljamaah. Ini merupakan modal kita menuju masa depan yang lebih baik," ujar Prof Mukri. 

Sementara itu, Asisten Deputi Pemajuan dan Pelestarian Kebudayaan, Kemenko PMK Andre Notohamijoyo menegaskan pentingnya menjaga identitas bangsa, termasuk dalam hal kreativitas. Pengaruh yang jelas bisa dilihat dari gandrungnya masyarakat terhadap produk asing. Seperti drama Korea, dan film animasi dari negeri jiran Malaysia, Ipin Upin. 

"Dengan menjaga identitas dan menghargai budaya kita kita menemukan jati diri. Dengan menjaga identitas dan budaya kita sendiri kita akan mencapai tujuan yang dicita-citakan para Pendiri Bangsa," kata Prof Mukri.

Selain menghadirkan Prof Mukri dan Andre Notohamijoyo, kegiatan Ngaji Revolusi Mental ini juga menghadirkan Katib Syuriyah PBNU KH Nurul Yakin Ishaq dan Ketua Komisi Fatwa MUI Jawa Timur KH M Ma'ruf Khozin.

Dalam sambutannya, Ketua Penyelenggara PBNU, H Choirul Sholeh Rasyid menjelaskan, kegiatan "Ngaji Revolusi Mental" merupakan perwujudan kerjasama PBNU dengan Pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo. 

"Kegiatan ini rangkainnya diadakan di pesantren-pesantren dan madrasah-madrasah," jelas dia.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement