REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan hingga kini PT Pertamina (Persero) dan Roosneft, perusahaan migas asal Rusia masih melakukan pembahasan kelanjutan proyek Kilang Tuban. Pemerintah mendorong adanya solusi strategis soal kerja sama ini.
"Ini masih dalam proses diskusi semua. Memang dengan kondisi geopolitik yang ada kita butuh diskusi seperti apa ke depannya solusinya. Dalam waktu enam bulan kedepan kita akan cari solusi bersama," kata Tiko saat ditemui di St Regis, Senin (9/10/2023).
Proyek dengan nilai hampir 13,5 miliar dolar AS ini menjadi proyek yang digadang gadang akan membebaskan Indonesia dari impor BBM. Menyusul sanksi negara negara besar atas Rusia membuat kerja sama investasi ini terhambat.
Namun, Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana pada pekan lalu memastikan bahwa Pertamina tetap melakukan pembangunan Kilang Tuban.
“Ya barangkali dari sisi pelaksanaan di lapangan terus secara dinamis terus berjalan saja,” tambah Dadan.
Di sisi lain, Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengatakan kementeriannya masih memberi tambahan waktu hingga tahun depan setelah tenggat FID proyek pengerjaan kilang baru itu beberapa kali mengalami kemunduran. "Masih ada waktu sampai tahun depan,” katanya.