REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Foto-foto satelit baru-baru ini menunjukkan peningkatan tajam lalu lintas kereta api di sepanjang perbatasan Korea Utara-Rusia. Hal ini menimbulkan kecurigaan Korut sedang memasok amunisi ke Rusia yang terkuras akibat perang dengan Ukraina.
Beberapa bulan lalu, pemimpin Korea Utara, Kim Jong un melakukan perjalanan ke Rusia untuk bertemu dengan Presiden Vladimir Putin dan mengunjungi situs-situs militer utama. Para pejabat asing menduga Kim sedang mencari teknologi persenjataan Rusia yang canggih sebagai imbalan atas amunisi untuk meningkatkan program nuklirnya.
"Mengingat bahwa Kim dan Putin membahas beberapa pertukaran dan kerja sama militer pada pertemuan puncak mereka baru-baru ini, peningkatan dramatis dalam lalu lintas kereta api kemungkinan mengindikasikan pasokan senjata dan amunisi Korea Utara ke Rusia," sebut sebuah situs Beyond Parallel, sebuah web yang dikelola oleh lembaga pemikir Pusat Studi Strategis dan Internasional yang berbasis di Washington, mengatakan dalam sebuah laporan pada Jumat (6/10/2023) lalu.
Laporan tersebut mengatakan bahwa citra satelit pada 5 Oktober menangkap "tingkat lalu lintas gerbong kereta api barang yang dramatis dan belum pernah terjadi sebelumnya" di Fasilitas Kereta Api Tumangang.
"Namun, penggunaan terpal untuk menutupi peti kemas/kontainer dan peralatan pengiriman membuat mustahil untuk mengidentifikasi secara pasti apa yang terlihat di Fasilitas Kereta Api Tumangang" di perbatasan, katanya.
Dikatakan bahwa gambar-gambar tersebut menunjukkan ada sekitar 73 gerbong kereta api, sementara tinjauan terhadap gambar-gambar satelit sebelumnya selama lima tahun terakhir menunjukkan hanya ada 20 gerbong kereta api.
Sejak tahun lalu, AS menuduh Korea Utara menyediakan amunisi, peluru artileri, dan roket kepada Rusia, yang kemungkinan besar merupakan tiruan dari amunisi era Soviet. Para pejabat Korea Selatan mengatakan bahwa senjata Korea Utara yang diberikan kepada Rusia telah digunakan di Ukraina.