Senin 09 Oct 2023 16:56 WIB

Tak Lagi Menggigil, Bandung Raya Alami Cuaca Panas Ekstrem Suhu Sentuh 35,6 Derajat

Cuaca panas ekstrem terjadi karena musim kemarau yang dipengaruhi El Nino.

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Karta Raharja Ucu
Cuaca panas ekstrem landa Bandung Raya.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Cuaca panas ekstrem landa Bandung Raya.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandung mengungkapkan, Kota Bandung dan sekitarnya mengalami cuaca panas esktrem beberapa hari terakhir. Kondisi tersebut terjadi karena musim kemarau yang dipengaruhi El Nino.

Kepala BMKG Bandung Teguh Rahayu mengungkapkan Kota Bandung dan sekitarnya mengalami cuaca ekstrem beberapa hari terakhir. Tercatat cuaca panas ekstrem terjadi pada tanggal 1, 3, 6, 7 dan 8 Oktober.

"Suhu maksimum (panas) ekstrem pada bulan Oktober sudah terjadi pada tanggal 1, 3, 6, 7, dan 8 Oktober," ucap dia melalui keterangan resmi yang diterima, Senin (9/10/2023).

Ia mengatakan, suhu cuaca pada 2 Oktober yaitu 33,1 derajat celsius, 3 Oktober 33,2 derajat celsius, 4 Oktober 31,6 derajat celsius, 5 Oktober 32,6 derajat celsius, 6 Oktober 34,6 derajat celsius, 7 Oktober 34,6 derajat celsius dan 8 Oktober 35,6 derajat celsius. Sedangkan kondisi normal suhu panas pada Oktober yaitu 30,1 derajat celsius.

Rahayu mengatakan suhu udara ekstrem yaitu kondisi suhu yang mencapai 3 derajat celcius atau lebih di atas nilai normal. Namun, hingga hari ini belum terjadi kembali cuaca panas ekstrem.

"Hingga hari ini belum terjadi lagi suhu maksimum ekstrem di Kota Bandung," ungkap dia.

Ia menyebut penyebab cuaca panas ekstrem yaitu karena pengaruh El Nino dan IOD yang membuat musim kemarau lebih kering. Selain itu awan yang relatif sedikit dibandingkan kondisi normal.

"Dengan kondisi itu maka permukaan bumi pada siang hari menjadi lebih panas, karena tidak ada penyerapan maupun proses pemantulan sinar gelombang pendek yang dipancarkan oleh matahari," kata dia.

Rahayu menambahkan terjadinya perbedaan tekanan udara antara satu lokasi dengan lokasi lain yang menyebabkan kecepatan angin meningkat dengan skala lokal. Kondisi panas terik pada siang hari dan angin kencang pada siang hingga sore hari adalah kondisi cuaca yang lazim terjadi pada puncak kemarau.

"Masyarakat diimbau untuk tidak panik, namun mempersiapkan diri untuk mengurangi risiko bencana seperti menggunakan tabir surya apabila sering berkegiatan di luar ruangan pada siang hari," kata dia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement