REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Museum Sejarah Jakarta (Museum Fatahillah) Jakarta Barat menyelenggarakan pameran temporer tentang sejarah industri film dan bioskop bertajuk "Jejak Memori Gempita Layar Perak Jakarta" pada 9-22 Oktober 2023.. Pameran ini digelar untuk memperkenalkan evolusi perkembangan kebudayaan Ibu Kota.
“Kami harap masyarakat mendapatkan informasi dan wawasan baru mengenai sudut pandang sejarah perkembangan Kota Jakarta,” kata Kepala Unit Pengelola Museum Kesejarahan Jakarta Esti Utami saat membuka pameran "Jejak Memori Gempita Layar Perak Jakarta" di Jakarta, Senin (18 /10/2023).
Esti mengatakan pameran tersebut untuk menjawab rasa ingin tahu masyarakat mulai dari sejarah perkembangan film nasional, film-film apa saja yang pernah terkenal di masa lalu, hingga bioskop-bioskop yang menjadi pelopor industri di Jakarta dan sudah muncul sedari era kolonial.
“Tema pameran ini ringan dan menyenangkan, tapi belum tentu diketahui semua masyarakat di Jakarta,” kata dia.
Sementara itu, kurator pameran Hendra Kaprisma mengatakan pameran tersebut juga hendak menunjukkan bahwa jejak awal majunya industri perfilman Indonesia tidak jauh berbeda dengan di Eropa.
“Bahkan bisa dikatakan, sejak 1895 saat Lumiere bersaudara memperkenalkan perangkat sinematograf, tahun 1896 pun sudah ada bioskop di Indonesia,” kata dia.
Sinematograf adalah teknologi perekam dan proyektor gambar bergerak awal yang dikembangkan penemu Prancis Auguste Lumiere dan Louis Lumiere pada 1895.
Ia optimis pameran tersebut dapat memberi gambaran utuh kepada masyarakat mengenai sejarah perfilman dan bioskop sebagai suatu aspek menarik yang mewarnai kebudayaan masyarakat Jakarta.
Pameran tersebut memberikan narasi tentang sejarah industri perfilman Indonesia dan bioskop di Jakarta dalam enam era berbeda yang berawal dari era Hindia-Belanda, pendudukan Jepang, awal kemerdekaan, Orde Lama, Orde Baru, hingga era Reformasi dan masa kini.
Berbagai benda antik dan replika barang terkait perfilman dan bioskop juga turut dipamerkan. Selain pameran, penyelenggara juga mengadakan tiga seminar mengenai pembuatan lagu tema (soundtrack) film, produksi film di era digital, serta sejarah bioskop di Jakarta.