REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Kepulan asap sering bermunculan seiring pemboman Israel di Jalur Gaza yang telah memasuki hari ketiga, setelah Hamas melancarkan serangan mengejutkan terhadap Israel. Di wilayah yang diblokade tersebut terdapat terowongan labirin yang menjadi jalur kehidupan bagi Gaza, untuk mendistribusikan makanan, senjata, hingga bahan bakar.
Terowongan tersebut juga merupakan pos terdepan Hamas, yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan dan portal penting bagi kelompok perlawanan Palestina. Menurut laporan, Israel telah menargetkan terowongan di barat laut Gaza dengan mengerahkan jenis bom kuat yang dikenal sebagai penghancur bunker.
Pakar Israel di lembaga think tank, Chatham House yang berbasis di London, Yossi Mekelberg mengatakan, penghancur bunker adalah amunisi yang cukup kuat namun mengerikan. Bom-bom tersebut menggali jauh ke dalam tanah sebelum meledak dan mampu menghancurkan sasaran yang terkubur dan mengeras.
Senjata-senjata tersebut, yang juga dikenal sebagai amunisi penetrasi tanah, terbagi dalam dua kategori besar. Jenis pertama memiliki hidung yang diperkuat sehingga bomnya sendiri dapat bertahan dari benturan. Bobotnya memberinya momentum untuk mengubur dirinya jauh ke dalam sasaran, dan sekring yang tertunda memungkinkannya menembus tanah atau struktur sebelum meledak.
Jenis kedua membawa dua muatan, atau bom, di atasnya. Muatan pertama berukuran kecil dan digunakan untuk membuka lubang pada sasarannya, sehingga sisa bom atau rudal dapat melewatinya dengan utuh. Muatan utama kemudian meledak di dalam, menghancurkan semua yang ada di dalamnya.
Penghancur bunker pertama kali digunakan pada Perang Dunia Kedua untuk menghancurkan pabrik roket bawah tanah Jerman. Sejak adanya bunker, terdapat senjata yang dibuat untuk menghancurkannya, terutama dari udara.
“Bahan peledak telah digunakan untuk menghancurkan terowongan selama lebih dari satu abad, dan penghancur bunker telah digunakan sejak (Perang) Vietnam,” ujar Patrick Bury, dosen senior yang berspesialisasi dalam peperangan dan kontraterorisme di Universitas Bath, dilaporkan Aljazirah, Senin (9/10/2023).
Angkatan udara Israel mempunyai fokus menyerang dan menghancurkan terowongan bawah tanah dan fasilitas pengayaan uranium di Iran. Israel mempunyai berbagai macam amunisi yang semakin canggih. Mereka dibuat di Amerika Serikat (AS) dan di dalam negeri.
Pada 2021, Israel meminta model GBU-72 yang lebih baru dari AS. Namun kesepakatan ini belum tercapai. GBU-72 adalah penghancur bunker paling canggih dan mampu menembus tanah sedalam 30 meter (100 kaki), atau beton setinggi 6 meter (20 kaki) dan melenyapkan apa pun di dekatnya. Bom ini dapat menyebabkan gelombang kejut yang kemungkinan akan memicu runtuhnya struktur bawah tanah yang lebih jauh dari sasaran yang dituju.
"Laporan penggunaan senjata-senjata ini oleh Israel dalam pertempuran terbaru merupakan indikasi militernya menargetkan posisi bawah tanah Hamas," kata Bury.
Menurut Mekelberg, selama Perang Gaza pada 2014, pasukan Israel terjebak dan terbunuh di terowongan ketika mencoba menargetkan Hamas. Oleh karena itu, penggunaan penghancur bunker memungkinkan tentara Israel untuk menyerang Hamas dari jarak jauh tanpa membahayakan pasukan mereka sendiri.
Israel kemungkinan akan terus menggunakan bom tersebut karena Hamas mengetahui jaringan terowongan dengan baik. Amunisi penetrasi tanah tidak hanya efektif terhadap kompleks terowongan dan pabrik bawah tanah, tetapi juga dalam menghancurkan gedung-gedung tinggi dan menara. Bom dapat masuk ke bagian atas bangunan dan menembus hingga ke pondasi, dan meruntuhkan seluruh bangunan, bukan meledakkannya.
"Ketika perang semakin intensif, para komandan Israel akan menggunakan apa pun yang mereka bisa untuk melancarkan serangan terhadap Hamas," kata Mekelberg.
Direktur Pusat Studi Strategis Begin-Sadat dan profesor ilmu politik di Universitas Bar Ilan, Eitan Shamir mempertimbangkan kemungkinan penggunaan senjata bom bawah tanah oleh Israel. “Saya hanya bisa berharap mereka memilikinya dan menggunakannya,” kata Shamir.
Semua senjata ini hanya akan berguna jika intelijen membimbing mereka. Jika bom bawah tanah digunakan di daerah perkotaan maka potensi timbulnya korban jiwa dalam jumlah besar sangatlah tinggi.
Menurut Konvensi Jenewa, amunisi tugas berat hanya dapat digunakan dalam keadaan pertahanan diri yang ekstrim dan dilarang untuk digunakan di wilayah dengan populasi sipil yang tinggi. Namun, menurut Bury, Israel sepertinya tidak peduli dengan kerusakan tambahan.
“Israel memilikinya dan akan menggunakannya. Saya rasa mereka tidak terlalu peduli dengan kerusakan tambahan saat ini,” kata Bury.