REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengerahkan sebanyak 300 ribu personel pasukan cadangannya untuk merespons serangan Hamas yang dimulai akhir pekan lalu. Hal itu belum pernah dilakukan IDF sebelumnya sejak berakhirnya Perang Yom Kippur.
“IDF belum pernah memobilisasi begitu banyak pasukan cadangan secepat ini; 300 ribu pasukan cadangan dalam 48 jam,” kata Juru Bicara IDF Laksamana Muda Daniel Hagari, Senin (9/10/2023), dikutip laman Times of Israel.
Itu menjadi mobilisasi pasukan cadangan terbesar sejak Israel terlibat Perang Yom Kippur pada 1973. Dalam Perang Yom Kippur, Israel mengerahkan 400 ribu tentara cadangannya.
Saat ini Israel masih terus menggempur Jalur Gaza, tempat Hamas bermarkas. Serangan juga masih terus dilancarkan ke wilayah Israel. Menurut Daniel Hagari, sejak pertempuran pecah pada Sabtu (7/9/2023) pekan lalu, sebanyak 4.400 roket telah ditembakkan ke Israel.
“Jumlah warga Israel tewas sejak awal pertempuran telah meningkat menjadi 900 (jiwa),” demikian laporan saluran stasiun televisi Israel, Channel 12, mengutip keterangan Kementerian Kesehatan Israel.
Sementara menurut laporan Times of Israel, jumlah warga Israel yang tewas akibat serangan Hamas adalah 800 jiwa. Mereka termasuk 73 tentara dan 37 petugas polisi. Sedangkan, jumlah korban luka menembus 2.616 orang. Sebanyak 25 di antaranya berada dalam kondisi kritis.
Di Jalur Gaza, warga Palestina yang meninggal akibat gempuran Israel telah mencapai sedikitnya 687 jiwa, termasuk di dalamnya 140 anak-anak. Sementara korban luka mencapai 2.900 orang. Menurut PBB, serangan udara bertubi-tubi oleh Israel juga menyebabkan 123.500 warga Palestina mengungsi.
Pada Sabtu pekan lalu ratusan anggota Hamas berhasil melakukan infiltrasi ke wilayah Israel yang berbatasan dengan Jalur Gaza. Infiltrasi dilakukan sesaat setelah Hamas meluncurkan serangan roket.
Ratusan anggota Hamas yang berhasil memasuki wilayah Israel kemudian melakukan serangan ke beberapa kota di dekat perbatasan Gaza. Hamas dilaporkan melakukan penyerbuan ke 22 lokasi di Israel selatan pada Sabtu pagi, termasuk kota-kota dan komunitas kecil sejauh 24 kilometer dari perbatasan Gaza. Pada momen tersebut, serangan roket juga tetap dilancarkan dari Gaza ke wilayah Israel selatan dan tengah.
Hamas menyebut serangan roket dan infiltrasi ke Israel sebagai Operation Al Aqsa Flood. Mereka mengatakan, operasi itu diluncurkan sebagai respons atas penyerbuan ke Masjid Al-Aqsha dan meningkatnya kekerasan pemukim.
Merespons operasi serangan Hamas, Israel telah meluncurkan Operation Swords of Iron dan membombardir Jalur Gaza. Target utamanya adalah markas atau situs lainnya yang berkaitan dengan Hamas.