Selasa 10 Oct 2023 14:28 WIB

Bolehkah Bintang Dijadikan Peramal Nasib dan Kematian Manusia? 

Prof Quraish Shihab menjelaskan bintang memiliki tiga fungsi.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Ani Nursalikah
 Roket SpaceX Falcon 9 lepas landas dari Launch Complex 39A di Kennedy Space Center di Cape Canaveral, Florida, Kamis, 9 Desember 2021. Falcon 9 akan dikerahkan ke orbit pesawat ruang angkasa Imaging X-ray Polarimetry Explorer (IXPE) NASA, misi astronomi sinar-X untuk mempelajari lubang hitam dan bintang neutron.
Foto: AP/John Raoux
Roket SpaceX Falcon 9 lepas landas dari Launch Complex 39A di Kennedy Space Center di Cape Canaveral, Florida, Kamis, 9 Desember 2021. Falcon 9 akan dikerahkan ke orbit pesawat ruang angkasa Imaging X-ray Polarimetry Explorer (IXPE) NASA, misi astronomi sinar-X untuk mempelajari lubang hitam dan bintang neutron.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Allah menciptakan bintang dengan fungsi-fungsinya sebagaimana yang diterangkan dalam Alquran yang jauh dari perbuatan syirik. Lantas bolehkah menjadikan bintang sebagai peramal nasib? 

Prof Quraish Shihab dalam Tafsir Al Mishbah menjelaskan, bintang memiliki tiga fungsi yakni menjadi pelontar setan, petunjuk arah bagi manusia, dan menjadi hiasan langit. Atas dasar ketiga fungsi tadi sebagaimana yang ada dalam hadits, kata Prof Quraish, jika ada yang memfungsikan bintang selain dari ketiga yang disebut di atas, maka fungsi itu harus dilihat kesesuaiannya dengan prinsip-prinsip agama.

Baca Juga

Dahulu, orang percaya bahwa bintang-bintang dan benda-benda langit adalah dewa-dewa yang mempunyai pengaruh pada bumi dan isinya. Kemudian, para peramal membuat semacam peta bagi setiap orang sesuai dengan posisi bintang-bintang saat kelahirannya.

Sebab menurut mereka, posisi posisi bintang dapat mempengaruhi sifat dan pembawaannya bahkan menentukan peristiwa-peristiwa yang dialaminya serta menentukan pula saat kematiannya. Dan masyarakat Arab di masa jahiliyah menurut beliau juga mempercayai hal ini.