REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masih rendahnya literasi dan inklusi keuangan syariah dinilai menjadi tantangan serius bagi Masyarakat Ekonomi Syariah (MES). MES dianggap memiliki organ dan jaringan yang potensial guna mendorong sekaligus mengoptimalkan berbagai aktivitas yang rapat meningkatkan literasi dan keuangan syariah.
"Misalnya organ dan jaringan MES yang terkait lembaga keuangan syariah dan kampus yang memiliki prodi-prodi terkait ekonomi syariah dapat disinergikan. Ini untuk melakukan edukasi dan sosialisasi keunggulan produk dan layanannya ke masyarakat secara lebih luas," ujar pengamat ekonomi syariah Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI Azis Setiawan kepada Republika.co.id, Selasa (10/10/2023).
Organ dan jaringan yang terkait pusat pengambil kebijakan, kata dia, juga dapat didorong untuk mengakselerasi percepatan pertumbuhan dan ekspansi ekonomi syariah pada berbagai area aktivitas. Selain mendorong perkembangan keuangan syariah, lanjutnya, area industri halal dan pariwisata syariah pun terus dapat didorong dengan sinergi dari organ dan jaringan yang dimiliki MES.
"Secara umum kita juga masih melihat belum adanya satu koordinasi kerja bersama untuk mengakslerasi pengembangan ekonomi syariah oleh seluruh otoritas terkait secara optimal," katanya.
Ia menuturkan, MES memiliki peran penting mengambil inisiatif sebagai lembaga koordinasi guna memastikan, semua pemangku kepentingan agar bisa didorong melaksanakan kebijakan akselerasi ekonomi syariah sehingga lebih optimal.
Diharapkan MES dapat berperan menyinergikan upaya pengembangan ekonomi syariah yang akan dilakukan oleh semua pemangku kebijakan agar bisa berjalan lebih baik. Selain itu, diharapkan bisa mendorong berbagai terobosan kebijakan yang konkret, sehingga pasar ekonomi dan keuangan syariah semakin besar.
"Kenyataan saat ini keuangan syariah Indonesia di tingkat global masih belum optimal. Padahal Indonesia merupakan negera Muslim terbesar dan memiliki potensi sumber daya yang menjanjikan," ujar Azis.
Sebelumnya, Ketua Umum MES Erick Thohir menyoroti literasi dan inklusi ekonomi syariah yang rendah dibandingkan rata-rata literasi dan inklusi keuangan nasional. Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2022, indeks literasi dan inklusi keuangan syariah sebesar 9,1 persen dan 12,12 persen.