REPUBLIKA.CO.ID, TULUNGAGUNG -- Lebih dari 300 hektare tanaman padi di lima kecamatan Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, terdampak kekeringan. Kondisi ini menyebabkan tanaman padi yang sudah berusia dewasa mengalami gagal panen.
Data sementara yang disampaikan Dinas Pertanian Tulungagung hingga awal Oktober ini, sawah yang sudah mengalami puso mencapai 44 hektare.
"Ini yang sudah terdampak dan mengalami gagal panen. Potensinya meluas. Ada banyak areal sawah yang saat ini kekurangan suplai air sehingga risiko gagal panen semakin luas," kata Koordinator POPT Kabupaten Tulungagung, Gatot Rahayu.
Adapun sawah yang sudah dipastikan gagal panen terjadi di Kecamatan Pakel dan Bandung. Sungai-sungai mengering, sumber air juga hilang sehingga petani mendapat pasokan air untuk mengairi sawah-sawah mereka.
"Kalau luas sawah yang terdampak kekeringan sebenarnya ada 348 hektare. Sekitar 44 hektare saat ini sudah dilaporkan gagal panen, lainnya berpotensi mengalami kondisi serupa (gagal panen)," ujar dia.
Dijelaskan, sawah berpotensi puso di kecamatan Bandung sebanyak tiga desa, yaitu Desa Bulus, Desa Bantengan, dan Desa Ngunggahan.
Di Kecamatan Pakel ada sebanyak 10 desa, yaitu Desa Bono, Desa Pakel, Desa Duwet, Desa Sukoanyar, Desa Ngrance, Desa Bangunjaya, Desa Sambitan, Desa Tamban, Desa Suwaru dan Desa Gombang. "Puso terjadi sejak bulan Juli," katanya.
Gatot jelaskan pada Juni masih terjadi hujan di Tulungagung. Memperkirakan seperti 2022 terjadi kemarau basah, petani kembali menanam padi.
Namun, pada Juli ternyata sudah masuk musim kemarau yang berakibat sawah kurang mendapat air untuk irigasi. "Tanaman yang puso mulai usia satu bulan sampai yang hampir panen," ujar dia.