REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Spotify telah mengambil langkah untuk membatasi fitur yang tersedia bagi pengguna tingkat gratisnya di India, sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan jumlah pelanggan berbayar di negara tersebut. Batasan baru ini mencakup larangan memutar lagu dalam urutan manual, serta membatasi kemampuan pengguna untuk memundurkan, menggeser, atau mengulang lagu.
Dilansir Tech Crunch pada Selasa (10/10/2023), pembatasan ini datang beberapa tahun setelah Spotify meluncurkan layanannya di India pada 2019. Pada awalnya, Spotify menawarkan tingkat gratis yang relatif bebas bagi pengguna India, yang memungkinkan mereka untuk memutar lagu dalam urutan pilihan mereka.
Namun, dengan pasar yang semakin matang, Spotify telah memutuskan untuk mengubah model gratisnya. Perubahan ini membuat layanan gratis di India lebih mirip dengan model yang ditawarkan oleh Spotify di Brasil.
Meskipun India adalah salah satu dari lima negara teratas dalam hal jumlah pengguna aktif bulanan Spotify, model gratis ini belum menghasilkan rasio pelanggan berbayar yang tinggi, mengingat mayoritas pengguna di India lebih memilih model gratis yang didukung iklan.
Selain membatasi layanan gratis, Spotify juga meluncurkan fitur Smart Shuffle di India. Fitur ini secara otomatis merekomendasikan lagu berdasarkan preferensi pengguna dan lagu/playlist yang sedang mereka dengarkan. Smart Shuffle ini pertama kali diperkenalkan untuk pelanggan pada Maret, sebagai upaya untuk memberikan rekomendasi yang lebih baik kepada pengguna.
Beberapa pengamat industri melihat perubahan ini sebagai langkah positif yang dapat mendorong lebih banyak pengguna untuk beralih ke model berlangganan. Namun, tetap menjadi pertanyaan apakah pembatasan tersebut akan cukup untuk menginsentifkan pengguna untuk membayar langganan Spotify atau justru memilih layanan lain.
Pada tahun lalu, platform musik Gaana yang didukung oleh Tencent memilih untuk menjadi layanan berbayar saja. Pada awal tahun ini, Resso milik ByteDance menghapus layanan gratisnya di India, Brasil, dan Indonesia. ByteDance juga meluncurkan TikTok Music di Brasil dan Indonesia, sementara Resso dihentikan di pasar tersebut. Ini terjadi setelah larangan TikTok di India bersama dengan banyak aplikasi Cina pada 2020.
Menurut International Federation of the Phonographic Industry (IFPI), India bukan salah satu dari 10 pasar teratas dalam hal jumlah pelanggan berbayar. Tingkat pembajakan digital di India juga jauh di atas rata-rata global, mencapai 73 persen dibandingkan dengan rata-rata global sekitar 30 persen.
Meskipun demikian, sebuah laporan dari perusahaan analitik Redseer yang dirilis pada April mencatat bahwa Spotify adalah pemain terkemuka dalam jumlah streaming di India. Laporan tersebut tidak termasuk YouTube, yang memiliki lebih dari 450 juta pengguna di negara tersebut.
Pada kuartal yang berakhir pada Juni, Spotify mencatatkan 220 juta pelanggan, dengan pertumbuhan sebesar 17 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Perusahaan ini juga menaikkan harga berlangganan di AS dari 9,99 dolar AS (sekitar Rp 157 ribu) menjadi 10,99 dolar AS (sekitar Rp 172 ribu) untuk pertama kalinya.