REPUBLIKA.CO.ID, PHNOM PENH -- Seorang anak perempuan berusia dua tahun menjadi orang kedua di Kamboja yang meninggal karena flu burung pada pekan ini. Bocah perempuan ini juga menjadi orang ketiga yang menigggak akibat flu burung pada tahun ini, demikian diumumkan Kementerian Kesehatan Kamboja.
"Uji laboratorium mengkonfirmasi bahwa gadis tersebut, yang tinggal di provinsi tenggara Prey Veng, meninggal pada hari Senin (9/10/2023) karena flu burung H5N1," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan seperti dilansir Associated Press (AP), Selasa (10/10/2023).
Kementerian Kesehatan mengumumkan pada hari Ahad (8/10/2023) bahwa seorang pria berusia 50 tahun di provinsi tetangga Svay Rieng juga meninggal karena flu burung. Pada Februari lalu, seorang anak perempuan berusia 11 tahun menjadi korban meninggal akibat flu burung pertama di negara tersebut sejak kasus tahun 2014. Ayahnya juga ditemukan tertular namun selamat.
Menurut penghitungan global yang dilakukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dari Januari 2003 hingga Juli 2023, terdapat 878 kasus infeksi flu burung H5N1 pada manusia yang dilaporkan dari 23 negara, 458 di antaranya berakibat fatal. Kamboja telah melaporkan 58 kasus penularan flu burung ke manusia sejak tahun 2003.
“Sejak tahun 2003, virus ini telah menyebar pada populasi burung dari Asia ke Eropa dan Afrika, dan ke Amerika pada tahun 2021, dan telah menjadi endemik pada populasi unggas di banyak negara,” kata WHO dalam situsnya.
“Wabah ini telah mengakibatkan jutaan infeksi pada unggas, beberapa ratus kasus pada manusia, dan banyak kematian pada manusia. Kasus pada manusia sebagian besar dilaporkan dari negara-negara di Asia, tetapi juga dari negara-negara di Afrika, Amerika, dan Eropa.”
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat bulan lalu mengatakan bahwa wabah flu burung meningkat secara global, dengan lebih dari 21.000 wabah di seluruh dunia antara tahun 2013 dan 2022. Flu burung jarang menginfeksi manusia.
Para ilmuwan khawatir bahwa meningkatnya kasus H5N1, khususnya pada hewan yang sering melakukan kontak dengan manusia, dapat menyebabkan versi penyakit yang bermutasi dan dapat menyebar dengan mudah antar manusia, sehingga memicu pandemi lain.