REPUBLIKA.CO.ID, KOTA BOGOR -- Pemerintah Kota Bogor, Jawa Barat memaparkan sejumlah upaya menangani gas rumah kaca (GRK) dari efek perubahan iklim yang menjadi isu global saat ini melalui beberapa program aksi mempertahankan bangunan sejarah, transformasi transportasi hingga membuat infrastruktur yang mendukung gaya hidup sehat masyarakat. "Yang kita lakukan adalah hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan perkotaan melalui tiga identitas yang ada di Kota Bogor, yakni sebagai heritage city, smart city dan green city," kata Sekretaris Daerah Kota Bogor Syarifah Sofiah di Kota Bogor, Selasa (10/10/2023).
Syarifah menyampaikan paparan mengenai aksi yang dilakukan Pemerintah Kota Bogor telah dilakukan pada saat bimbingan teknis dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI di Bogor. Ia menerangkan, di tengah meningkat pertumbuhan penduduk dan padat aktivitas masyarakat urban, maka tidak bisa dipungkiri kebutuhan akan transportasi dan penggunaan kendaraan pun cukup tinggi sehingga mempengaruhi GRK.
Tak hanya itu, hal lain yang berkaitan dengan GRK adalah mengenai keberadaan sampah yang dihasilkan dari rumah tangga yang juga berdampak pada gas metan. Gas rumah kaca, kata dia, adalah gas-gas yang terperangkap pada panas di atmosfer dan dapat menyebabkan kenaikan suhu rata-rata bumi atau mengakibatkan pemanasan global.
Secara umum, gas rumah kaca merupakan gas yang secara alami maupun antropogenik atau campur tangan manusia berada di atmosfer untuk menjaga kestabilan dan temperatur suhu di bumi. Syarifah menjelaskan, program aksi sebagai kota sejarah, Kota Bogor mempertahankan bangunan bangunan tua yang masih terus terjaga.
Sedangkan terkait kota hijau, Kota Bogor memiliki Kebun Raya Bogor, Hutan Cifor, memperbanyak taman, ruang terbuka hijau skala kota maupun di tingkat wilayah kecamatan dan kelurahan, mempertahankan dan merawat pohon pohon tua yang berada di pinggir jalan dan upaya lainnya untuk menjaga iklim mikro.
Di bidang transportasi, lanjut Syarifah menerangkan, Kota Bogor sejak beberapa tahun lalu sudah mulai menerapkan bahan bakar gas pada transportasi angkutan perkotaan. Selain itu, upaya lain adalah konversi dua satu dan konversi tiga satu dengan skema tiga angkutan kota di konversi menjadi satu bus.
Pemkot Bogor juga sudah menginisiasi dan mengawali penggunaan kendaraan listrik pada kendaraan dinas. Di sisi lingkungan, pengolahan sampah yang dihasilkan dari rumah tangga sehingga tidak dibuang ke TPA (tempat pembuangan air)melainkan diolah menjadi sirkuler ekonomi. Selain itu, untuk membiasakan masyarakat berjalan kaki dibangun juga jalur pedestrian terintegrasi dan jalur sepeda.
"Jadi itu upaya dalam rangka menciptakan lingkungan yang bersih mengurangi karbon dioksida, karbon monoksida, ozon itu kita dikurangi dengan melakukan transformasi seperti di negara maju menuju transportasi sarana publik," katanya.