REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature Communications telah meneliti hubungan antara pola makan dan polusi udara. Hasilnya ditemukan bahwa pola makan berbasis tumbuhan (plant-based) dapat mengurangi emisi polutan berbahaya seperti metana dan amonia secara signifikan.
Amonia dihasilkan ketika pupuk kandang dan pupuk lainnya digunakan di ladang, yang berkontribusi terhadap masalah kesehatan seperti penyakit kardiovaskuler dan pernapasan. Adapun metana dihasilkan oleh hewan pemamah biak (seperti kerbau, kambing, sapi, kancil) selama proses pencernaan, membentuk ozon di permukaan tanah yang juga dapat mempengaruhi sistem pernapasan manusia.
Karena sebagian besar polutan yang berhubungan dengan makanan dihasilkan oleh produksi produk hewani atau pakan, para peneliti meneliti bagaimana tiga pola makan nabati yakni vegan, vegetarian, dan flexitarian, dapat berdampak pada polusi udara.
Peneliti menemukan, pola makan vegan dapat mengurangi emisi pertanian sebesar 84-86 persen, sementara pola makan vegetarian dan flexitarian dapat mengurangi emisi hingga 69-70 persen serta 44-48 persen. Namun, terdapat variasi geografis yang cukup besar, dengan potensi penurunan terbesar terlihat di negara-negara dimana peternakan menyumbang sebagian besar emisi.
Pengurangan emisi ini dapat menyebabkan penurunan yang signifikan pada kematian dini yang disebabkan oleh polusi udara, dimana pola makan vegan dapat mencegah sekitar 236 ribu kematian di seluruh dunia per tahun. Selain itu, kualitas udara yang lebih baik dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja, sehingga meningkatkan output ekonomi sekitar 1,3 triliun dolar AS.
Penurunan polusi udara hanyalah salah satu dari sejumlah manfaat lingkungan yang terkait dengan pola makan nabati. Penelitian lain baru-baru ini juga menemukan bahwa deforestasi hampir dapat dihentikan jika separuh dari makanan hewani digantikan dengan makanan alternatif.
Pada bulan Juli, sebuah penelitian yang digambarkan sebagai penelitian paling rinci dari jenisnya menyimpulkan bahwa pola makan vegan dapat mengurangi emisi dan penggunaan lahan hingga 75 persen. Studi ini juga menemukan bahwa pola makan nabati dapat mengurangi penggunaan air hingga 54 persen, kerusakan satwa liar hingga 66 persen, dan produksi metana hingga 93 persen. Pada bulan yang sama, para ilmuwan mengatakan kepada Komisi Eropa bahwa setiap orang harus makan sesedikit mungkin produk hewani untuk memerangi perubahan iklim.
"Sangat senang pola makan nabati mendapat pengakuan sebagai solusi penting untuk beberapa masalah yang paling mendesak. Kami sangat berharap Komisi Eropa menanggapi saran dari para penasihat ilmiah dengan serius, dan menerapkan langkah-langkah kebijakan untuk membantu lebih banyak orang Eropa beralih ke pola makan nabati,” kata Manajer Kebijakan Uni Eropa di ProVeg, Lucia Hortelano, seperti dilansir Vegconomist, Rabu (11/10/2023).