REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Begadang alias kebiasaan tidur larut malam sudah sering dikaitkan dengan berbagai dampak kesehatan fisik dan mental. Namun, bagaimana efeknya terhadap tingkat pendapatan seseorang? Sebuah studi berusaha mengungkap hal tersebut.
Dikutip dari laman Daily Mail, Rabu (11/10/2023), sebuah tim periset dari Universitas Oulu di Finlandia menganalisis data 12.000 orang. Dikumpulkan informasi mengenai pendidikan, pengalaman kerja, pilihan gaya hidup, dan kesehatan para peserta studi.
Hasilnya, orang yang secara konsisten sering tidur larut malam memiliki penghasilan lebih rendah daripada orang yang punya kebiasaan tidur cepat dan bangun di pagi hari. Hal itu lantaran orang yang suka begadang cenderung menunjukkan gaya hidup lebih buruk.
Itu termasuk minum lebih banyak alkohol, merokok, kurang olahraga, indeks massa tubuh tinggi, pola makan tidak sehat, dan waktu menatap layar lebih lama. Semua hal tersebut juga terkait dengan rendahnya tingkat pendapatan di usia paruh baya.
Di kalangan laki-laki, dampak negatif suka begadang dikaitkan dengan rendahnya pendapatan tahunan rata-rata sebesar empat persen. "Rata-rata, pengalaman kerja yang lebih sedikit dan pilihan yang buruk terkait gaya hidup sehat berhubungan dengan rendahnya tingkat pendapatan di usia paruh baya," ujar pemimpin studi, Andrew Conlin.
Dia dan tim menekankan pentingnya mengenali dan mengakomodasi kecenderungan individu yang berimbas pada produktivitas di tempat kerja. Para peneliti mencontohkan, orang yang suka tidur larut malam lazimnya lebih aktif dan waspada di malam hari. Akibatnya, tidak sedikit dari mereka yang cenderung mengalami masalah tidur.
Ada kemungkinan mereka tidak produktif selama jam kerja di siang hari. Penelitian yang telah diterbitkan dalam jurnal Economics and Human Biology tersebut menyarankan orang tipe malam hari mengimbangi kebiasaannya dengan pilihan gaya hidup yang lebih baik.