Rabu 11 Oct 2023 08:04 WIB

Israel Kembali Gempur Perbatasan Rafah

Rafah adalah satu-satunya pintu masuk ke Gaza yang tidak dikendalikan oleh Israel.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
FILE - Warga Palestina menunggu di luar perbatasan perbatasan Rafah dengan Mesir, Jalur Gaza selatan, Minggu, 6 Juni 2021.
Foto: AP/Felipe Dana
FILE - Warga Palestina menunggu di luar perbatasan perbatasan Rafah dengan Mesir, Jalur Gaza selatan, Minggu, 6 Juni 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Israel kembali menggempur perbatasan Rafah yang menghubungkan Gaza dengan Mesir. Rafah adalah satu-satunya pintu masuk ke Gaza yang tidak dikendalikan oleh Israel.

Lembaga nonpemerintah Mesir, Sinai for Human Rights pada Selasa (10/10/2023) melaporkan, serangan ketiga terhadap penyeberangan Rafah dalam 24 jam terdiri dari empat rudal yang menargetkan penyeberangan sisi Palestina. Para saksi mata mengatakan, serangan kedua terjadi di tanah tak bertuan antara gerbang Mesir dan Palestina, sehingga merusak aula di sisi Palestina.  Militer Israel tidak dapat mengkonfirmasi atau menyangkal serangan apa pun terhadap penyeberangan Rafah pada saat ini.

Baca Juga

Sinai for Human Rights mengatakan, serangan pada Selasa mendorong penutupan penyeberangan tersebut. Namun belum ada konfirmasi langsung dari kedua belah pihak.

Rafah adalah satu-satunya titik penyeberangan ke Sinai bagi 2,3 juta penduduk Gaza.  Sisa wilayah sepanjang 40 kilometer dikelilingi oleh Israel dan laut.  Perjalanan orang dan barang dikontrol secara ketat di bawah blokade Gaza yang diberlakukan oleh Mesir dan Israel.

Sementara itu, serangan Israel di Gaza dilaporkan telah menimbulkan kekhawatiran di Mesir. Mesir mendesak Israel untuk memberikan jalan yang aman bagi warga sipil dari Gaza dibandingkan mendorong mereka untuk melarikan diri ke barat daya menuju Sinai.

Presiden Mesir, Abdel Fattah el-Sisi pada Selasa mengatakan, eskalasi di Gaza sangat berbahaya. El-Sisi mengatakan, Mesir sedang mendorong mitra regional dan internasional untuk melakukan negosiasi terhadap kekerasan tersebut.

"Mesir tidak akan membiarkan masalah ini diselesaikan dengan mengorbankan pihak lain," kata el-Sisi dalam komentarnya yang dilaporkan oleh kantor berita Mesir, MENA.

Mesir adalah negara Arab pertama yang menormalisasi hubungan dengan Israel. Mesir telah berperan menjadi penengah antara Israel dan faksi-faksi Palestina selama konflik sebelumnya di Gaza, dan berupaya mencegah eskalasi lebih lanjut dalam pertempuran saat ini.

Pada Senin (9/10/2023) Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant memerintahkan blokade total terhadap Gaza, memutus akses terhadap air, makanan, bahan bakar dan listrik.  Pengepungan Gaza oleh tentara Israel bertujuan untuk membuat penduduk kelaparan. Tindakan keji inibmerupakan kejahatan perang berdasarkan undang-undang PBB.

“Bagi saya, tindakan yang diambil, termasuk pengeboman di penyeberangan Rafah, mengisyaratkan niat untuk benar-benar membuat kelaparan dan membunuh orang-orang yang tidak bersalah di Jalur Gaza,” ujar Pelapor Khusus PBB, Francesca Albanese kepada Aljazirah.

Albanese menambahkan, warga Palestina di Gaza khawatir mereka akan mengalami peristiwa yang mirip dengan “Nakba kedua” di hari-hari mendatang.  Kementerian Kesehatan Gaza pada Selasa mengatakan, sedikitnya 830 orang, termasuk perempuan dan anak-anak meninggal dunia. Sementara lebih dari 4.250 orang terluka sejak Sabtu (7/10/2023). Sedangkan 900 warga Israel juga telah tewas dalam konflik tersebut

Pengepungan Gaza menimbulkan kekhawatiran bahwa warga sipil Palestina akan menghadapi serangan gencar, atau bahkan invasi darat Israel, tanpa ada tempat untuk melarikan diri.

Kementerian Dalam Negeri Gaza mengatakan, pemboman Israel pada Senin dan Selasa menghantam gerbang masuk di sisi Palestina di penyeberangan Rafah.  Penyeberangan juga ditutup dari sisi Mesir dan warga Palestina yang berencana melakukan perjalanan ke Gaza mundur ke kota utama Al Arish di Sinai utara.

Serangan terbaru di Rafah terjadi setelah insiden serupa pada Senin yang mengganggu sebagian operasi di perbatasan. Namun sumber keamanan Mesir mengatakan, akses bagi pelancong terdaftar dan aktivitas kemanusiaan telah dipulihkan pada Selasa pagi.

Pada Senin, sekitar 800 orang meninggalkan Gaza melalui penyeberangan Rafah. Sementara sekitar 500 orang masuk ke Gaza meskipun penyeberangan tersebut ditutup untuk pergerakan barang.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement