Rabu 11 Oct 2023 12:41 WIB

Berencana Listing, Bank Muamalat Belum Masuk Pipeline Bursa

Bank Muamalat telah menjadi perusahaan terbuka sejak 1993.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Lida Puspaningtyas
Logo Bank Muamalat terpasang depan kantor pusatnya, Jakarta, Ahad (2/12).
Foto: Republika/Prayogi
Logo Bank Muamalat terpasang depan kantor pusatnya, Jakarta, Ahad (2/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Muamalat berencana mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada akhir 2023. Saat dikonfirmasi, manajemen BEI mengatakan, sampai saat ini Bank Muamalat belum menyampaikan berkas apa pun terkait rencana tersebut. 

"Intinya belum masuk pipeline, karena belum menyampaikan. Kami mendengar informasi bahwa mereka sedang dalam proses untuk dokumentasi," kata Direktur Penilaian BEI, I Gede Nyoman Yetna, Rabu (11/10/2023).

Sebelumnya, Direktur Utama Bank Muamalat Indra Falatehan menjelaskan pencatatan saham di BEI ini tidak akan diikuti dengan penawaran umum, sehingga tidak ada skema kepemilikan saham. Indra berharap aksi korporasi ini akan meningkatkan kontribusi Bank Muamalat di pasar modal syariah. 

"Kami berharap dengan tercatatnya saham Bank Muamalat di BEI nanti dapat turut berkontribusi dalam memperbesar dan mengembangkan pasar modal syariah di Indonesia," ujar Indra. 

Sebagai informasi, Bank Muamalat telah menjadi perusahaan terbuka sejak 1993 tetapi sahamnya belum tercatat di BEI. Tujuan dari listing ini selain untuk memenuhi ketentuan regulator adalah untuk memberikan kesempatan kepada publik untuk dapat ikut memiliki saham Bank Muamalat, serta untuk menambah likuiditas efek syariah di pasar modal. 

Sebelum listing di BEI, Bank Muamalat akan lebih dulu melakukan reverse stock split (RSS) dengan rasio 3:2 saham baru. Indra mengatakan, RSS merupakan salah satu opsi yang akan dilakukan untuk memenuhi persyaratan administrasi pencatatan di BEI.

"Kalau sudah listing memudahkan pemegang saham dalam jual beli, bank pun bisa melakukan aksi korporasi. Kan kalau sudah di bursa investor bisa lihatlah, ini baru pencatatan saja belum ada right issue," kata Indra.

Berdasarkan keterbukaan informasi, nilai nominal saham dengan rasio 3:2 akan berubah, yakni Seri A dari Rp 200 per saham menjadi Rp 300, Seri B dari Rp 100 per saham menjadi Rp 150, dan Seri C dari Rp 30 per saham menjadi Rp 45 per saham.

Dengan dilaksanakannya RSS, jumlah saham yang ditempatkan dan disetor dalam Bank Muamalat akan berubah dari 50.017.741.442 saham menjadi 33.345.160.961 saham. Karena, dengan menggabungkan nilai nominal saham dengan perbandingan 3:2, akan dihasilkan saham pecahan.

Perseroan juga akan menunjuk pembeli siaga untuk mengakuisisi pecahan saham yang akan disetor kepada pemegang saham. Hal ini sesuai dengan tata cara yang akan diumumkan oleh Perseroan setelah Perseroan memperoleh persetujuan RUPS.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement