REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI terus memantau perkembangan situasi geoplitik dunia dan dampaknya terhadap ekonomi Indonesia. Division Head of Social Entrepreneurship and Incubation BRI Dani Wildan mengatakan monitor tersebut sangat penting dalam merumuskan strategi bisnis perusahaan.
"BRI terus mencermati dampak peristiwa, termasuk di internasional. Kami mengamati ada pelemahan pertumbuhan ekonomi di Cina dan dampaknya ke Indonesia dalam riset yang kami lakukan, elastisitas penurunan ekonomi satu persen Cina itu berdampak sekitar 0,29 persen ke negara lain," ujar Dani dalam webinar bertajuk "Motor Penggerak Ekonomi Nasional" yang diselenggarakan Republika di Jakarta, Rabu (11/10/2023).
Dani mengatakan BRI pun terus memonitor perkembangan ekonomi dunia pasca meletusnya perang Rusia dan Ukraina, serta Palestina dan Israel. Dani mengatakan BRI memiliki komitmen dalam menjaga keberlangsungan dan pertumbuhan pelaku UMKM.
"(Geopolitik saat ini) akan berpengaruh pada nasabah-nasabah dengan level menengah ke korporasi karena ada beberapa risiko dinamika ekonomi global. Selalu kami cermati, apalagi kalau krisisnya lebih intens, kami akan melalukan review lebih sering," ucap Dani.
Dani menyampaikan BRI tak ingin situasi eksternal berdampak negatif bagi UMKM yang pada akhirnya akan merugikan ekonomi Indonesia secara keseluruhan. BRI, ucap Dani, telah menunjukkan komitmen menjaga UMKM pada saat pandemi covid-19.
Saat itu, BRI banyak melakukan dukungan, baik relaksasi, restrukturisasi, dan bantuan lain untuk agar bisa bertahan menghadapi pandemi covid-19. BRI, lanjut Dani, pun aktif membantu pemulihan UMKM termasuk dengan pemberian subsidi bunga untuk 8,9 juta UMKM pada 2020 dan 7,9 juta UMKM pada 2021 serta bantuan produktif usaha mikro kepada 10,4 juta pelaku usaha pada 2021 senilai Rp 12,4 triliun.
"Saat itu kami harus merespons cepat karena pandemi ini berbeda dengan krisis ekonomi sebelumnya. Semua terdampak sampai ke level ultra mikro," kata Dani.