REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Utusan Palestina di PBB menggambarkan pengeboman dan janji Israel memberlakukan pengepungan penuh di Jalur Gaza "tidak kurang dari genosida." Hamas menggelar serangan paling mematikan dalam sejarah Israel pada Sabtu (8/10/2023) lalu.
Pejuangnya menerobos masuk ke kota-kota Israel dan menewaskan lebih dari 1.000 orang. Hamas juga mengambil sejumlah tawanan di Gaza. Israel membalasnya dengan serangan udara besar-besaran ke Gaza.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant menuai kecaman internasional usai mengumumkan "blokade total" untuk menghentikan pasokan makanan dan bahan bakar ke Gaza yang dihuni oleh 2,3 juta orang. Gallant mengatakan Israel sedang memerangi "orang-orang yang kejam".
"Dehumanisasi terang-terangan dan upaya mengebom suatu bangsa agar tunduk, menggunakan kelaparan sebagai metode perang, dan menghapus eksistensi nasional mereka tidak lain adalah genosida," tulis utusan Palestina untuk PBB, Riyad Mansour, dalam sebuah surat kepada Dewan Keamanan PBB pada hari Selasa (10/10/2023).
"Tindakan-tindakan ini merupakan kejahatan perang," tulisnya.
Penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan mengatakan yang ia pahami "konsep pengepungan bukanlah sesuatu yang pada kenyataannya akan dilakukan oleh pemerintah Israel." Ia menambahkan Washington berbicara dengan pemerintah Israel "tentang tindakan mereka dalam hal ini."
Sullivan juga mengatakan Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membahas "perbedaan antara melakukan serangan habis-habisan terhadap teroris Hamas dan bagaimana kita membedakan antara teroris dan warga sipil yang tidak bersalah."
Duta Besar Israel untuk PBB, Gilad Erdan menuduh Hamas melakukan kejahatan perang. Ia mengatakan sudah waktunya untuk "melenyapkan infrastruktur teror Hamas." Hal ia sampaikan saat 15 anggota Dewan Keamanan PBB menggelar pertemuan tertutup untuk membahas konflik tersebut.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan ia "sangat tertekan" pengumuman Israel mengenai pengepungan total terhadap Gaza.
"Situasi kemanusiaan di Gaza sangat mengerikan sebelum permusuhan ini; sekarang hanya akan memburuk secara eksponensial," kata Guterres.