REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para santri di Pondok Pesantren Nurul Alamiyah, selama ini mengandalkan tadah hujan untuk kebutuhan air minum. Pasalnya, Pesantren yang berlokasi Wajok Hilir, Kecamatan Jungkat, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, ini mengalami kondisi kekeringan seperti banyak lokasi lainnya di Indonesia.
Pesantren Nurul Alamiyah memiliki 66 tenaga pengajar dan 673 siswa yang terdiri dari jenjang Raudhatul Athfal (RA) hingga Madrasah Aliyah (MA). Para santri terpaksa menggunakan tampungan air parit terdekat untuk kebutuhan sehari-hari.
Kabupaten Mempawah dan seluruh kota/kabupaten lainnya di Kalimantan Barat yang berada di garis khatulistiwa, tidak memiliki zona musim. Hal ini mengakibatkan kondisi kemarau dan turunnya hujan, bisa terjadi secara tiba-tiba.
“Jika tidak ada hujan dalam empat hari, maka tidak ada persediaan air minum di pesantren,” ujar salah satu relawan lokal, mengutip keterangan tertulis, Rabu (11/10/2023).
Menyikapi kondisi ini, Rumah Wakaf mengirimkan bantuan 5.000 liter air bersih. Para santri sangat semangat bahu membahu mengangkut air bersih yang dikirimkan.
“Saking semangatnya, ada santri yang ternyata tidak bisa mengangkat satu galon sendirian. Jadi galonnya harus digotong oleh dua orang,” kata Asrul, koordinator penyaluran program air bersih Rumah Wakaf.
Saat tiba di lokasi, relawan di lapangan pun langsung mendistribusikan air dalam tanki yang kemudian diangkut menggunakan galon-galon air.
“Terima kasih banyak. Air bersih dari Rumah Wakaf ini akan bermanfaat untuk anak-anak santri kami,” kata salah satu Ustaz pengajar di Pesantren Nurul Alamiyah.